Sabtu, 27 April 2024
Sekolah Menengah Kejuruan

ILUSI

ILUSI

 

Aku membuka indra penglihatku yang disinari oleh mentari yang melewati pori-pori tiraiku. Membiarkan oksigen memenuhi paru-paruku. Kupaksa tanganku menggosok-gosok mata yang enggan untuk terbuka.

Mataku menatap sejenak ke lemari tinggi di seberangku.

 

“Andai itu terjatuh, aku mungkin mati.” Ucapku seraya menertawakan diri sendiri yang memiliki banyak kekhawatiran.

 

Hari ini merupakan perayaan kelulusanku.

 

Menatap puluhan foto masa kecil di dinding kamar membuatku membuka memori pada tiga tahun yang lalu.

 

“Alan, kembalikan pulpen gue.” Teriak ku sambil berlari mengejar Alan.

 

Gak, kemarin lo juga hilangin pulpen gue, jadi kita impas dong.” Sahut Alan.

 

Aku melanjutkan pendidikan keluar Jawa. Rangkaian kejadian tersimpan di memori otak, kami tidak pernah putus komunikasi meskipun hanya sehari. Akan tetapi dia menghilang bagaikan di telan bumi setelah aku melanjutkan pendidikanku ke luar daerah Jawa.

 

“Aku Aqilla, kamu siapa?” Ucapku kepada murid laki-laki yang duduk di kursi belakang ruangan.

 

“Aqilla murid baru itu? Aku Alan. kamu kan murid baru, Gak ada niatan buat traktir aku gitu?” Ucap manusia menyebalkan itu.

 

Sebentar lagi hari perpisahan ku dan itu akan menjadi hari terakhir ku di kota Jambi, karena keluargaku akan pindah ke kota Kalimantan untuk urusan pekerjaan. Aku sudah menceritakan tentang itu ke Alan, dan dia bilang kalau dia akan menunggu ku kembali ke kota ini.

 

Lu gak mau ngilangin pulpen gua lagi?” Ucapnya menatap ke arahku, “Kalo bukan lu, teman gua siapa lagi?”

 

“Harusnya lu bersyukur gua udah ga ngilangin pulpen lu lagi”

 

Aku melanjutkan pendidikan di Surabaya tepatnya di SMA sejahtera. Setelah 3 tahun bersekolah di sana, akhirnya aku lulus dan akan melanjutkan ke perguruan tinggi.

 

Aku bangun pagi sekali untuk bersiap – siap karena hari ini adalah hari merayakan kelulusan. Aku pergi ke sana bersama orang tua ku dan pergi bersenang-senang bersama teman-teman ku.

 

Beberapa hari setelah hari kelulusan itu, aku memutuskan untuk kembali ke kota Jambi dan berkuliah di sana.

 

Aku kuliah di universitas yang berada di sekitar sekolah SMP ku dulu. Karena dekat, aku sering pergi ke sana dan mengingat kembali kenangan saat aku SMP dulu. Termasuk kenangan bersama Alan, entah kapan aku bisa bertemu dengannya lagi.

 

Pagi itu aku pergi ke kampus dan itu adalah hari pertama ku di kampus itu. Hari itu, saat aku berjalan mencari di mana gedung jurusan ku, aku bertemu dengan seorang pria yang sangat familier. Aku mencoba memanggil namanya dan dia pun terkejut karena aku berada di sana.

“Alan” tegur ku sambil berjalan ke arah nya.

 

“Aqilla, lu ngapain di sini? ” Tanyanya.

 

Gue kuliah di sini  , lu juga kuliah di sini? ” Jawab ku.

 

“Iya” tuturnya. Pertemuan singkat itu menjadi awal kedekatanku dengannya. Kami sering pergi bersama entah itu ke perpustakaan atau cuma makan di pinggir jalan.  Kami juga sering pergi ke taman, karena dia suka melihat bunga bunga yang bermekaran di taman itu.

 

Sudah beberapa hari aku tidak melihat Alan di kampus dan ponselnya pun tidak dapat dihubungi. Karena takut dia kenapa-kenapa aku pun pergi ke rumah yang dulu ditempati Alan, entah sekarang dia masih sana atau tidak aku hanya ingin memastikan saja terlebih dulu.

 

Aku pergi  ke alamat itu, melihat puluhan rumah dan ada satu rumah yang sangat familier di mata ku. Iya, itu rumah orang tuanya Alan.

 

Aku mendatangi rumah itu dan bertanya-tanya tentang Alan, namun jawaban yang kudapat sangat mengejutkan. Mereka bilang kalau Alan pergi dua tahun lalu, meninggal karena sebuah kecelakaan.

 

Setelah mendengar kabar itu , badan ku kaku tidak percaya dengan apa yang ku dengar dan meminta orang tua Alan untuk mengantarkan ku ke tempat pemakamannya.

 

Lalu orang tua Alan mengarahkan ku ke sebuah makam yang sudah ditumbuhi rumput liar. Kaki ku melangkah perlahan mendekati nisan yang bertuliskan nama Alan. Aku menatap sendu seakan tidak  percaya selama dua tahun belakangan dia pergi meninggalkanku tanpa kabar. Namun, aku harus bisa menerima kenyataan ini ternyata Alan yang ku temui di kampus hanyalah ilusi semata, mungkin karena rasa rinduku padanya, selamat jalan Alan doaku akan selalu menemanimu.