Jumat, 26 April 2024
Perguruan Tinggi

Bacakan Orasi Ilmiah, Tiga Guru Besar Unpad Sampaikan Perkembangan Ilmu Farmasi

Bacakan Orasi Ilmiah, Tiga Guru Besar Unpad Sampaikan Perkembangan Ilmu Farmasi

Laporan oleh Riwisna Putunanga

[Kanal Media Unpad] Tiga Guru Besar baru Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran menjalani Upacara Pengukuhan dan Orasi Ilmiah Jabatan Guru Besar Unpad Sesi 2 yang diselenggarakan di Grha Sanusi Hardjadinata Universitas Padjadjaran Kamis Iwa Koesoemasoemantri, Bandung, Selasa (7/3/2023) siang.

Tiga guru besar yang dikukuhkan pada sesi 2 kali ini ialah Prof. Dr. Aliya Nur Hasanah, S.Si., Apt., M.Si dalam Bidang Ilmu Farmasi pada Fakultas Farmasi, Prof. Dr. Melisa Intan Barliana, Med.Sc., Apt. dalam Bidang Ilmu Biologi Farmasi pada Fakultas Farmasi, dan Prof. Rizky Abdullah, S.Si., Apt., Ph.D. dalam Bidang Ilmu Famakologi dan Farmasi Klinik.

Pada kesempatan tersebut, Prof.. Aliya membacakan orasi ilmiah berjudul “Peran Material Polimer Tercetak Molekul Pada Analisis Selektif Senyawa Obat dalam Matriks Biologis” .

Dijelaskan Prof. Aliya, peranan metode analisis sangat penting dalam keberhasilan analisis obat dalam matriks biologis. Metode yang baik untuk penentuan kadar obat dalam matriks biologis terutama darah, diperlukan untuk uji farmakokinetik, uji ketersediaan hayati obat, pemantauan terapi obat, analisis penyalahgunaan obat, analisis doping, serta untuk penentuan dosis akurat.

Sebagai reseptor buatan, Polimer Tercetak Molekul (PTM) telah dikembangkan untuk berbagai aplikasi termasuk kromatografi, ekstrasi fase padat, enzyme-liked catalysis, teknologi sensor, dan immunoassay.

“Sebagai reseptor buatan, penggunaan polimer tercetak molekul saat ini berkembang sangat cepat dan luas dalam bidang kimia farmasi analisis,” ujar Prof. Aliya.

Lebih lanjut Prof. Aliya mengatakan, pemilihan komponen yang tepat menjadi hal kritis pada sintesis material ini untuk memperoleh karakteristik seperti yang diinginkan. Eksplorasi terkait kombinasi metode komputasi dan wet-lab untuk mempercepat proses pemilihan komponen tersebut menjadi fokus banyak peneliti.

Sementara itu, Prof. Melisa membacakan orasi ilmiah yang berjudul “Peran Apoteker dalam Meningkatkan Keberhasilan Terapi Berbasis Personalized Medicine Melalui Pendekatan Pharmacogenetic”.

“Peningkatan kualitas hidup pasien adalah tujuan akhir dari pengobatan yang dilakukan. Hal ini sangat melekat dengan keberhasilan terapi,” ungkap Prof. Melisa saat mengawali paparan orasi ilmiahnya. Keberhasilan terapi juga dipengaruhi oleh berbagai faktor baik intrinsik maupun ekstrinsik.

Prof. Melisa menyampaikan bahwa pengobatan yang berhasil adalah pengobatan yang efektif, tepat sesuai target pengobatan dengan efek samping yang kecil dengan tujuan akhir adalah meningkatkan kualitas pasien.

Menurutnya, peran apoteker adalah mengevaluasi pengaruh variasi genetik terhadap keberhasilan terapi, terutama terhadap profil farmakokinetik dan farmakodinamik obat, serta dapat memberikan rekomendasi terapi berupa personalized medicine.

Selanjutnya, orasi ilmiah dibacakan Prof. Rizky Abdullah dengan judul “Peran Kepatuhan Pengobatan Dalam Meningkatkan Keberhasilan Terapi”. Kepatuhan pengobatan didefinisikan sebagai proses pasien meminum obat sesuai dengan yang diresepkan.

Studi yang dilakukan oleh Prof. Rizky menunjukkan, sebesar 52.7 pasien (N=245) tidak patuh dalam minum obat antihyperlipidemic. Ia menjelaskan bahwa ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan menurunnya kualitas hidup pasien.

Faktor-faktor yang menunjukkan alasan pasien tidak paruh dalam pengobatan adalah rendahnya kebutuhan (necessity) terhadap obat, tingginya kekhawatiran (concern) terhadap efek samping obat, persepsi yang buruk atau tidak tepat terhadap penyakit, dan penggunaan obat tradisional yang tidak tepat. Prof. Rizky pun menyebutkan beberapa intervensi untuk mengatasi ketidakpatuhan, diantaranya, edukasi pasien, pengingat minum obat (medication taking reminders), medication regimen management, konseling dengan apoteker, cognitive behavioural therapies (CBT), dan incentives.

“Beberapa strategi diperlukan untuk meningkatkan kepatuhan pengobatan yang melibatkan apoteker dan pasien. Di antaranya, adaptasi dan optimalisasi guideline mengenai kepatuhan pengobatan dan perlunya practical support bagi apoteker,” ujar Prof. Rizky sebagai penutup paparannya. (art)*