Sabtu, 27 April 2024
Sekolah Menengah Kejuruan

Aku Yang Terpisah

 

Cara berpikir ini juga didorong oleh delusi lainnya, yakni delusi keterpisahan manusia. Salah satu racun paling mematikan dari filsafat barat adalah pandangan, bahwa manusia adalah mahluk individualistik yang terpisah dari manusia lainnya, dan juga terpisah dari alam. Pandangan ini menyebar begitu luas ke berbagai negara di dunia melalui proses kolonisasi/penjajahan di masa lalu, dan proses globalisasi di masa sekarang. Media cetak dan elektronik (terutama internet) berperan besar di dalam menyebarkan pandangan ini.

Delusi keterpisahan manusia ini juga menjadi akar dari segala bentuk diskriminasi. Bangsa-bangsa tertentu merasa terpisah dari bangsa-bangsa lainnya. Mereka merasa lebih tinggi derajatnya daripada bangsa-bangsa lainnya. Ini lalu mendorong penjajahan politik dan ekonomi dari beberapa negara atas negara-negara lainnya. Ini juga menjadi akar dari perbudakan, rasisme, fasisme dan penjajahan atas minoritas di berbagai negara.

Namun, kekosongan batin tetap ada. Orang bisa menjajah dan menguasai orang lainnya. Namun, ia tetap akan merasa menderita di dalam hatinya. Delusi keterpisahan manusia mendorong orang masuk ke dalam kesepian dan kekosongan batin yang lebih dalam, walaupun ia memiliki uang, kekuasaan, nama besar dan beragam barang mewah lainnya.

Untuk mengisi kekosongan batinnya, orang juga menghancurkan alam. Hutan dibabat untuk membangun perumahan mewah. Gunung diratakan untuk memperoleh emas. Manusia juga lalu melihat dirinya sebagai sesuatu yang terpisah sekaligus lebih tinggi dari alam dan semua mahluk hidup lainnya. Ia merasa punya hak untuk menguasai dan menghancurkan semuanya, guna memenuhi keinginan dan kerakusannya.

Ketika alam rusak, maka seluruh kehidupan terancam. Hewan punah. Hutan dan berbagai sistem ekologi alamiah lainnya juga hancur, akibat ulah manusia. Di dalam keadaan semacam ini, manusia justru semakin dalam terjebak dalam rasa takut, kesepian dan penderitaan.

Penulis: Reza A.A Wattimen