Minggu, 28 April 2024
Sekolah Menengah Kejuruan

Persahabatan Masa Kecil yang Terpisah (cerpen)

Hari ini merupakan hari pertama bagi Anisa masuk sekolah. Sejak berangkat dari rumah. Anisa terlihat tidak bahagia. Ia kelihatan takut untuk memulai hari pertamanya di sekolah.

Hari ini merupakan hari pertama bagi Anisa masuk sekolah. Sejak berangkat dari rumah. Anisa terlihat tidak bahagia. Ia kelihatan takut untuk memulai hari pertamanya di sekolah.

Selain itu ibunya juga mengatakan kepada Anisa. Bahwa di sekolah nanti Anisa akan memiliki banyak teman baru.

Mendengar bahwa dirinya akan memiliki teman baru membuat Anisa merasa tertarik. “Benarkah, Bu? Apakah aku nanti akan dapat teman baru?” tanya Anisa

“Tentu. Kamu nanti pasti akan teman baru yang baik-baik. Makanya kamu nanti juga harus baik kepada mereka.”

Awalnya Anisa sempat sedikit ragu dengan perkataan ibunya. Tetapi, setelah berkenalan dengan Nabila, barulah Anisa percaya.

Nabila merupakan teman pertama dan teman satu bangku Anisa. Jika dibandingkan dengan teman-teman sekelasnya. Nabila ini bisa dikatakan yang paling pandai

Saat anak-anak lain masih kesulitan dalam mengeja huruf. Nabila ini sudah lancar membaca dan sangat pandai dalam berhitung.

Selain pandai Nabila ini termasuk anak yang tidak pelit ilmu. Nabila tahu bahwa Anisai masih kesulitan dalam mengeja huruf.

Makanya kadang Nabila membantu Anisa belajar mengeja huruf. Bantuan Nabila ini membuat Anisa sangat senang sekali.

Selang beberapa waktu kemudian Anisa dan Nabila menjadi teman akrab. Selain itu Anisa juga sudah mulai pandai membaca.

Anisa sangat berterimakasih kepada Nabila yang telah membantunya. Ketika sedang istirahat Nabila dan Anisa sering bermain bersama.

Sayangnya, kebersamaan Anisa dan Nabila tidak berlangsung lama. Ketika memasuki semester dua, Nabila harus pindah sekolah karena ayah Nabila dipindah tugaskan.

Anisa sangat sedih dan merasa sangat kehilangan. Untungnya meski berpisah, tetapi ibunya Anisa masih menyimpan nomor kontak ibunya Nabila.

Sehingga ketika merasa rindu, Nabila dan Anisa sering bertukar kabar lewat telepon. Namun, tetap saja rasa rindu keduanya sulit terobati karena tidak lagi bisa bermain bersama.

TAMAT