Jumat, 26 April 2024
Perguruan Tinggi

Prof. Dr. der Soz. Rochman Achwan, Mds., Sosiolog UI: Kecenderungan Pascatransformasi Besar yang Berbahaya Ketika Corak Ekonomi Baru diadopsi Tanpa Memahami Konteks

Prof. Dr. der Soz. Rochman Achwan, Mds., Sosiolog UI: Kecenderungan Pascatransformasi Besar yang Berbahaya Ketika Corak Ekonomi Baru diadopsi Tanpa Memahami Konteks

“Transformasi besar adalah perubahan mendasar yang menggoncang sendi-sendi kehidupan ekonomi, politik, dan masyarakat,” ujar Prof. Dr. der Soz. Rochman Achwan, MDS., Guru Besar Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) dalam kuliah umum yang diselenggarakan secara hybrid di Auditorium Juwono Sudarsono FISIP UI dan via Zoom. Ia menyampaikan pentingnya menggunakan perspektif teori tertentu untuk menjelaskan peristiwa transformasi besar yang tengah terjadi saat ini. Dengan merujuk pada teori Karl Polanyi mengenai transformasi besar akibat kapitalisme, Prof. Rochman menekankan pandemi dan internet sebagai penyebab transformasi besar di masa kini.

Transformasi besar ini akibat berbagai hal, seperti perubahan politik, ekonomi, peperangan, bencana kesehatan, dan revolusi teknologi. Ia menegaskan pentingnya memperhatikan kecenderungan pascatransformasi besar yang berbahaya, yaitu ketika corak ekonomi baru diadopsi tanpa memahami konteks kebudayaan dan kemasyarakatan.

Ia memberi contoh berpikir teoretik untuk melihat fenomena pandemi di Indonesia, tidak sekadar dilihat sebagai urusan gangguan kesehatan, tetapi terkait dengan identifikasi isu. Menurutnya, pandemi menjadi semacam alat rontgen untuk melihat agent of change, yaitu kelompok-kelompok strategis yang memiliki pengaruh politik, memprakarsai perubahan yang inovatif dan aktif dalam melaksanakan perubahan tersebut.

Prof. Rochman mengatakan, krisis dan transformasi besar justru melahirkan terobosan-terobosan baru seperti sharing economy dengan tujuan memberikan akses atau layanan kepada semua orang dengan penyediaan fasilitas melalui platform digital. Harapannya, mampu meningkatkan efisiensi sumber daya dan menghindari potensi buruk dari lingkungan karena konsumsi tidak terkontrol.

Ia juga berharap para ahli dan mahasiswa sosiologi dapat mengidentifikasi rangkaian-rangkaian sosial, politik, ekonomi yang terjadi dan pada saat pandemi. Peran mereka sangat penting dan berpengaruh karena di Indonesia, social protection dan kerekatan sosial lebih menonjol dibanding ekonomi pasar.

“Sosiologi harus bisa menerangkan platform economy berupa platform digital sebagai sebuah model organisasi bisnis tanpa batas, yang dimungkinkan oleh internet dan teknologi komunikasi. Platform ini merupakan transformasi dari proses nikefication yaitu model orang-orang yang bekerja di pabrik, menuju uberization model yang tidak perlu lagi lokasi khusus untuk bekerja,” kata Prof. Rochman.

Ia mengungkapkan kecenderungan platform digital ini di masa depan akan menjadi super platform yang mendominasi penguasaan data, memiliki jangkauan global, super eksploitatif, dan sangat powerful. Bersama dengan media sosial, platform ekonomi digital akan semakin berhubungan dan menjadi kekuatan konsumen melawan ekspoitasi pemilik modal.

 

Kuliah umum “Sosiologi, Pandemi, dan Ekonomi Platform” yang menghadirkan Prof. Rochman tersebut merupakan kegiatan perdana Selo Soemardjan Memorial Lecture –perintis ilmu sosiologi di Indonesia, dekan pertama FISIP UI. Kegiatan ini dihadiri lebih kurang 100 mahasiswa.

Dekan FISIP UI, Prof. Dr. Semiarto Aji Purwanto mengatakan, ekonomi berbasis digital sudah terbayang sejak lama, tetapi pandemi mengakselerasi prosesnya. Pada kesempatan yang sama, Ketua Departemen Sosiologi, Dr. Ida Ruwaida juga menyampaikan kegiatan tersebut menjadi arena bagi para akademisi untuk mengontekstualisasi pemikiran-pemikiran Prof. Selo Soemardjan secara kritis dan bermakna luas, dengan isu-isu kekinian. “Harapannya, melalui kegiatan ini, bukan hanya terbangun tradisi penghargaan pada para ilmuwan yang produktif dan kontributif secara akademis, tetapi juga peduli pada isu-isu sosial kemasyarakatan, sebagaimana yang diteladankan oleh Prof. Selo,” ujar Dr. Ida.