Rabu, 03 Juli 2024
Perguruan Tinggi

Menko PMK Berikan Orasi Saat Dies Natalis ke 57, Minta Universitas Jember Turut Tangani Stunting

Menko PMK Berikan Orasi Saat Dies Natalis ke 57,  Minta Universitas Jember Turut Tangani Stunting

Jember, 10 November 2021

Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy meminta agar Universitas Jember turut membantu pemerintah menangani masalah stunting (anak kerdil). Permintaan ini disampaikan oleh Muhadjir Effendy saat memberikan orasi secara daring dalam peringatan Dies Natalis ke 57 Universitas Jember di auditorium (10/11). Permintaan ini salah satunya berdasarkan pada keberhasilan Universitas Jember melakukan program Kuliah kerja Nyata (KKN) tematik penanganan stunting sejak tahun 2018. Keberhasilan KKN tematik penanganan stunting ini telah dipresentasikan oleh Rektor Universitas Jember pada ajang Rapat Koordinasi Nasional Percepatan Penurunan Stunting pada 23 dan 24 Agustus lalu.

“Pemerintah menargetkan angka stunting yang saat ini masih di angka 27 persen, pada tahun 2024 nanti akan turun menjadi di bawah angka 14 persen. Sebuah target yang berat tapi bukan misi yang tidak bisa dicapai. Tentunya dengan gotong royong dan kerjasama dengan semua pihak termasuk di dalamnya dunia perguruan tinggi, dan salah satunya Universitas Jember yang sudah berpengalaman melaksanakan KKN tematik penanganan stunting,” ujar Muhadjir Effendy yang semula dijadwalkan akan ke Jember untuk menyampaikan orasi secara langsung.

Menurut Menko PMK, penanganan stunting pada seribu hari kehidupan pertama seorang anak harus mendapatkan perhatian serius sebab bakal menentukan nasib masa depannya dan masa depan bangsa juga. Dari laporan Bank Dunia tahun 2020 lalu, 54 persen angkatan kerja Indonesia ternyata pernah mengalami stunting. “Kondisi ini membuat angkatan tenaga kerja kita sulit bersaing di pasar kerja. Jika kita gagal mengatasi stunting maka bonus demografi yang semula diproyeksikan akan dinikmati pada tahun 2045 saat peringatan kemerdekaan RI ke lima puluh akan gagal, dan Indonesia akan masuk ke dalam middle income trap,” katanya.

Kedua, hantaman pandemi Covid-19 membuat laju perekonomian melambat, dampaknya kini ada kurang lebih 9 juta orang penganggur di Indonesia. Sementara itu setiap tahun ada tambahan 3,6 juta angkatan kerja baru dimana 1,8 juta orang adalah lulusan perguruan tinggi. Mengantisipasi hal ini, tentunya perguruan tinggi harus mempersiapkan lulusannya agar mampu bersaing di dunia kerja, termasuk membekali lulusan dengan kemampuan berwirausaha. “Sesuai program Presiden Jokowi di masa kepemimpinannya yang kedua yang memberikan prioritas pada pembangunan sumber daya manusia yang profesional, produktif, berdaya saing dan berkepribadian kuat,” kata Menko PMK.

Oleh karena itu Muhadjir Effendy lantas menegaskan bahwa penanganan stunting dan mengatasi pengangguran menjadi tanggung jawab bersama, termasuk dunia pendidikan tinggi. Pasalnya kesehatan dan pendidikan bak dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. “Saya mengapresiasi pemilihan tema Dies Natalis ke 57 Universitas Jember yang mengambil tema Kampus Gotong Royong Untuk Indonesia Tangguh, sebab sesuai ajaran Presiden Soekarno, gotong royong adalah intisari dari Pancasila atau ekasila,” ungkap Muhadjir Effendy.

Pemilihan tema gotong royong dalam peringatan Dies Natalis ke 57 juga mendapatkan pujian dari beberapa menteri yang hadir menyampaikan selamat secara daring. Diantaranya dari Menko Polhukam, Mahfud MD, Menteri Hukum dan HAM Yassona H. Laoly, serta Mendikbudristek Nadiem Makarim. “Peringatan dies natalis Universitas Jember bersamaan dengan peringatan hari Pahlawan, saat yang tepat untuk memaknai nilia-nilai yang sudah diwariskan oleh pahlawan bangsa salah satunya adalah semangat bergotong royong. Dengan semangat gotong royong rakyat Indonesia berhasil mencapai kemerdekaan, maka dengan semangat gotong royong pula Universitas Jember bakal menjadi perguruan tinggi yang terkemuka,” kata Mas Menteri.

Sementara itu sebelumnya, Rektor Universitas Jember menyampaikan pidato tahunan yang menjelaskan pencapaian Universitas Jember selama setahun ini. “Universitas Jember memiliki sumber daya manusia dengan berbagai kepakaran dan latar belakang yang beragam, saya membayangkan jika kita semua bisa bergotong royong maka insyaallah rintangan apapun bisa kita lalui. Istilahnya work in harmony, nurturing  the future. Kita akan rawat, jaga dan kembangkan warisan dari seluruh pendahulu kita termasuk pencapaian para rektor sebelumnya sebagai usaha continous quality improvment. Target saya kita bisa segera masuk ke daftar perguruan tinggi kluster satu di Indonesia versi Kemendikbudristek,” ungkap Iwan Taruna menjelaskan tema yang dipilih untuk dies natalis tahun ini.

Garis Pertahanan Keluarga Terjaga, Covid-19 Mereda

                Seperti tradisi tahun-tahun sebelumnya, peringatan dies natalis diwarnai dengan orasi ilmiah atau Dies Reader. Kali ini yang mendapatkan kehormatan menjadi Dies Reader adalah Ners. Tantut Susanto, M.Kep, Sp.Kep.Kom, Ph.D., dari Fakultas Keperawatan yang menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Home Health Care Model Sebagai Penguatan Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga Dalam Pencegahan Covid-19”. Dalam orasinya Tantut Susanto menawarkan model Home Health Care Model sebagai salah satu cara meredakan pandemi Covid-19.

                Menurut Tantut Susanto, Home Health Care Model (H2CM) adalah model pengasuhan keperawatan keluarga yang memadukan tiga model pengasuhan keperawatan keluarga. Pertama berbasis pada model sistem tiga garis pertahanan keluarga dari Betty Neuman. Kedua model proses keperawatan lima langkah berupa pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan dan evaluasi keperawatan, serta ketiga memakai model manajemen kesehatan. “Kesemuanya dilaksanakan secara komprehensif di tatanan layanan Puskesmas,” jelas Tantut memulai orasi ilmiahnya.

                Model ini mengandaikan keluarga memiliki tiga garis pertahanan berupa garis fleksibel, normal dan resisten. “Dalam model H2CM maka perawat melakukan intervensi di garis pertahanan fleksibel dengan mengunjungi keluarga secara teratur, dalam kasus ini keluarga yang sehat dari Covid-19. Perawat akan melakukan identifikasi paparan resiko, mendiagnosis kerentanan dengan deteksi dini, memberi terapi dengan gerakan 5M serta menganjurkan berolahraga, istirahat dan makanan bergizi. Jadi langkah preventif yang akan kita utamakan sehingga keluarga yang sehat akan kita jaga agar tetap sehat dan terhindar dari Covid-19, ” ungkapnya.

Metode jemput bola ini sudah diteliti oleh Tantut Susanto bersama tim Fakultas Keperawatan dengan bantuan para mahasiswa pendidikan profesi perawat pada April hingga Oktober 2020 lalu. Lokasi penelitian meliputi semua kabupaten dan kota di Jawa Timur dan provinsi lainnya seperti beberapa kabupaten dan kota di Jawa Tengah, Jakarta hingga Kalimantan Timur. “Hasilnya dari pelaksanaan model H2CM dengan kunjungan para mahasiswa profesi ners kita, berhasil menghindarkan keluarga tersebut dari pandemi Covid-19. Model ini bisa diaplikasikan ke penyakit menular lainnya tinggal melakukan penyesuaian saja,” kata lulusan doktor dari Kanazawa University, Jepang.

Spesialis keperawatan komunitas ini juga menambahkan model yang dikembangkannya bersama tim sudah sejalan dengan program Kemenkes RI, yakni Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga atau PIS-PK yang mengedepankan tindakan preventif dalam mengatasi permasalahan kesehatan di Indonesia. “Model H2CM dan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga sama-sama menjadikan keluarga sebagai subyek. Nantinya perawat dari Puskesmas yang aktif mengunjungi keluarga dan mengumpulkan data rekam medisnya. Ke depan data rekam medis yang terkumpul menjadi big data kesehatan yang bisa menjadi dasar penanganan masalah kesehatan di sebuah wilayah dan basis dari aplikasi telemedicine,” imbuhnya.

Di hubungi seusai acara, Tantut Susanto menegaskan bahwa model H2CM yang dikembangkan olehnya dan tim dapat dipakai untuk menangani stunting, bahkan riset penerapan H2CM untuk stunting dan penyakit diabetes sudah dilakukannya. “Program H2CM yang kita lakukan terbukti mampu menurunkan faktor resiko dan faktor resiko personal pada Covid-19 melalui pemberian pendidikan dan promosi kesehatan selama kunjungan ke rumah. Prosedur ini juga bisa kita terapkan untuk penanganan stunting  tentunya dengan penyesuaian tertentu dan melihat kondisi lapangan yang ada,” pungkas Tantut Sutanto. (iim)