Sabtu, 29 Juni 2024
Perguruan Tinggi

Perkuat Identitas Keagamaan di PTKIN, Konsorsium WMI UIN Bandung Gelar FGD Integrasi Keilmuan dan Kelembagaan

Perkuat Identitas Keagamaan di PTKIN, Konsorsium WMI UIN Bandung Gelar FGD Integrasi Keilmuan dan Kelembagaan

UINSGD.AC.ID (Humas) — Konsorsium Keilmuan Wahyu Memandu Ilmu (WMI) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung menggelar Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Proyeksi Pengembangan Keilmuan dan Kelembagaan” yang berlangsung di Gedung O. Djauharudin AR, Selasa (25/6/2024).

Dengan menghadirkan narasumber Dr. Hj. Subandriyah, S.Pd, MM, Analis Kebijakan Ahli Madya Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) dipandu oleh Dr. Tri Cahyanto, M.Si., Direktur Halal yang dibuka oleh Wakil Rektor I. Dr. Dadan Rusmana.

Dalam sambutannya, Wakil Rektor I menyampaikan bahwa tema diskusi diambil berdasarkan isu percabangan ilmu, “pentingnya Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) merumuskan identitas keilmuan keagamaan yang membedakannya dari Perguruan Tinggi Negeri (PTN),” tegasnya.

Berdasarkan RPP Pasal 109, institusi keagamaan diminta lebih eksploratif dalam menambah prodi-prodi keagamaan. “Oleh karena itu, UIN Bandung tengah mengembangkan kajian halal, pelatihan produk halal yang diwadahi oleh Halalsphere University, yang diketuai oleh Dr. Tri Cahyanto, M.Si,” jelasnya.

Ketua Konsorsium Keilmuan WMI, Prof. Dr. Supiana, M.Ag., mengucapkan terima kasih kepada semua unit yang terlibat dalam menyukseskan acara ini, mulai dari jajaran rektorat, para pejabat tamu undangan, hingga panitia pelaksana.

FGD ini bertujuan untuk meneguhkan keilmuan keagamaan sebagai identitas utama dari Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) di bawah Kementerian Agama.

Menurutnya, keilmuan Islam pernah berkembang pesat di masa lalu. Namun, setelah terjadinya dikotomi antara ilmu agama dan ilmu sosial, keilmuan Islam mengalami stagnansi. “Oleh karena itu, diperlukan kajian lebih lanjut untuk menyikapi hal tersebut. FGD ini akan dilaksanakan secara bergantian di setiap fakultas guna memaksimalkan program keilmuan,” tuturnya.

Dalam pemaparannya, Dr. Subandriyah, menegaskan, Pertama, lingkaran terdalam dari keilmuan Islam adalah Al-Qur’an, dan lingkaran terluarnya adalah amal. “Halal merupakan output dari lingkaran keilmuan ini, sehingga perlu dirumuskan dalam kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa, masyarakat, dan tantangan global,” ujarnya.

Kedua, proses pelaksanaan harus jelas dan terstruktur, mulai dari perencanaan program hingga budgeting. Kerja sama perguruan tinggi, baik di tingkat ASEAN maupun internasional, sangat diperlukan untuk memastikan segala komponen memadai, mulai dari sarana prasarana, hingga tenaga pendidikan.

Subandriyah menekankan bahwa integrasi keilmuan dan kelembagaan untuk melahirkan global novelty dan global impact perlu dipersiapkan dengan serius. “Ini merupakan langkah penting untuk masa depan keilmuan Islam di era globalisasi” tandasnya.

Dengan demikian, acara FGD ini diharapkan mampu memperkuat identitas keilmuan keagamaan di PTKIN dan memberikan kontribusi nyata bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat. (UH)