Kamis, 04 Juli 2024
Perguruan Tinggi

Kecerdasan Sosial, Kunci Mahasiswa Beradaptasi dan Optimalkan Potensi

Kecerdasan Sosial, Kunci Mahasiswa Beradaptasi dan Optimalkan Potensi
Gambar Psikolog SHCC ITS Gusti Ayu Ardhia Candra Trikusuma MPsi Psikolog

Psikolog Student Health Care Center ITS Gusti Ayu Ardhia Candra Trikusuma MPsi Psikolog

Kampus ITS, ITS News — Kemampuan untuk beradaptasi, menyelesaikan konflik, hingga berkomunikasi menjadi kompetensi dasar yang harus dimiliki setiap mahasiswa untuk bisa bertahan di kehidupan perkuliahan. Lantas, bagaimana upaya yang dapat dilakukan mahasiswa guna meningkatkan kemampuan yang sering disebut sebagai social intelligence ini?

Psikolog Student Health Care Center Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Gusti Ayu Ardhia Candra Trikusuma MPsi Psikolog menuturkan bahwa social intelligence adalah kemampuan untuk dapat memahami situasi sosial, merespons kondisi sosial, dan memahami perasaan orang lain. “Penjelasan sederhananya yakni kecakapan seseorang dalam membangun hubungan dengan orang lain,” jelasnya.

Ardhia, sapaan akrabnya, berujar bahwa social intelligence menjadi penting karena manusia akan selalu menghadapi lingkungan baru pada tiap fase kehidupannya. Mulai dari ketika berada di pelukan lingkup keluarga, kemudian masa sekolah yang harus bersosialisasi dengan teman, hingga saat memasuki dunia kerja. “Dengan memiliki kemampuan beradaptasi maka akan menyiapkan diri untuk  berhadapan dengan setiap fase hidup yang hadir dengan persoalan yang berbeda-beda,” pungkasnya.

Untuk mahasiswa, imbuhnya, social intelligence ini dibutuhkan agar dapat merasa nyaman dengan lingkungan kampus yang sangat heterogen. Terlebih lagi untuk mahasiswa rantau yang harus beradaptasi pada lingkungan baru. “Dunia perkuliahan tidak akan lepas dari persinggungan dengan teman kuliah, tenaga kependidikan, dan dosen yang memiliki ciri khas dan kepentingannya masing-masing,” ucap alumnus S1 Psikolog Universitas Udayana tersebut. 

Ketika seseorang nyaman dalam suatu lingkungan, Ardhia melanjutkan, maka akan dapat merasakan berbagai manfaat baik pada tugas akademik maupun non akademiknya. Di antaranya seperti terlepas dari perasaan cemas dan stres, berpikir lebih jernih dalam setiap masalah, dan pengambilan keputusan yang lebih baik. “Hal ini akan menghasilkan relasi sosial yang luas karena dapat memahami dan mengatasi konflik-konflik yang mungkin timbul dengan baik,” tambahnya. 

Gambar sekelompok orang sedang bercengkerama

Sekelompok orang sedang bercengkerama dan berdiskusi (sumber: Freepik)

Tak hanya itu, manfaat dari social intelligence juga dapat menyentuh ranah kesehatan mental.  Ketika dapat menjalin hubungan baik dengan seseorang di lingkungan baru, maka otomatis akan memiliki support system yang dapat menjauhkan dari masalah mental. “Tak dapat dipungkiri lingkungan sosial yang mendukung menjadi salah satu cara untuk menjauhkan diri dari gangguan mental,” terangnya. 

Banyaknya potensi manfaat dari penerapan kecerdasan sosial, lanjut Ardhia, sebaiknya membuat mahasiswa semakin berupaya untuk meningkatkan kemampuan ini sebaik mungkin. Hal ini dapat dimulai dengan belajar untuk memahami perasaan dirinya sendiri terlebih dahulu. “Agar dapat meningkatkan empati maka sangatlah penting untuk melihat perasaan-perasaan yang muncul di dalam diri sebelum memahami perasaan orang lain,” ujar perempuan berkacamata ini.

Perempuan asal Bali tersebut menambahkan bahwa ketika telah memahami perasaan sendiri, langkah selanjutnya adalah untuk meregulasi emosi-emosi yang muncul. Hal ini dilakukan seiring dengan bersikap asertif atau dengan menempatkan diri dengan tepat pada segala kondisi. “Dalam kehidupan sosial setiap orang perlu melatih dirinya untuk dapat menyampaikan kebutuhannya tanpa menyakiti orang lain,” pungkasnya. 

Ardhia mengungkapkan, untuk menguasai kemampuan ini tidak cukup hanya dengan mempelajari metode yang ada, tetapi juga melatih dan mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata. Para mahasiswa dapat memulai dengan terlibat di dalam organisasi atau perhimpunan dari lingkup terkecil dan bertahap ke lingkup yang lebih besar. “Semakin banyak bertemu dan menangani konflik yang beragam, maka kecerdasan sosial seseorang dapat terasah dengan baik,” urainya. (*)

 

Reporter: Mohammad Febryan Khamim
Redaktur: Ricardo Hokky Wibisono