Sabtu, 27 April 2024
Perguruan Tinggi

Landscape Tonggak Peradaban Dunia Islam Dalam Seni Pertamanan

Landscape Tonggak Peradaban Dunia Islam Dalam Seni Pertamanan

Pada kajian Dzuhur Ramadhan di Masjid Walidah Dahlan UNISA Yogyakarta Tika Ainunnisa Fitria, S.T.,., M.T., Ph.D Dekan Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas `Aisyiyah Yogyakarta yang menjadi pengisi kultum dan membahas mengenai bagaimana Landscape atau seni pertamanan menjadi bagian wujud kuatnya bangsa Islam, dan bagaimana sebagai tonggak perkembangan keilmuan landscape atau seni pertamanan dunia.

Tika menjelaskan mengenai Landscape yang berasal dari awal abad ketiga belas dan diartikan sebagai wilayah daratan atau lingkungan, yang secara mudahnya dapat dikaitkan dengan seni pertamanan atau berkebun. Namun, implementasi dari ilmu ini telah ada sejak jaman Nabi Muhammad SAW. Pada saat itu bangsa Arab adalah suku nomaden dan merupakan bangsa pedagang. Perdagangan saat itu dari barat ke timur melalui sungai tigris dan eufrat, menuju teluk persia, sepanjang sungai nil sampai ke laut merah. Bangsa Islam telah  mempengaruhi sistem landscaping atau seni berkebun di wilayah- wilayah yang dikuasainya.

“Pada era ini, landscaping atau seni pertamanan dilakukan dengan membentuk sistem irigasi bagaimana membentuk aliran-aliran air menuju taman-taman, dimana sebagian besar wilayah yang dikuasi Islam memiliki curah hujan yang rendah atau kekeringan. Ataupun dengan sistem mengalirkan cairan salju dari puncak gunung ke bendungan-bendungan yang kemudian diteruskan ke saluran-saluran air menuju taman-taman. Sistem ini membentuk taman Islam yang bentuknya terus berkembang dan semakin baik. Hal ini terlihat pada ilustrasi Garden Carpets, permadani peninggalan bangsa Persia dari abad ke-17,” jelasnya.

Keilmuan landscape ini mengalami perkembangan, ketika kekuasaan Islam mencapai Asia di India dan Cina pada kisaran 751 Masehi dimana tentara Cina ditaklukan oleh Islam. Taman-taman Islam awal ini mulai mendapat pengaruh dari Cina.  Dimana pada taman Islam era ini, tanaman dibiarkan tumbuh secara alami, adanya susunan air mancur, air terjun alami (cascade), diberikan pahatan batu untuk menciptakan air yang berbusa, penanaman pola pohon yang membentuk bayangan pada musim panas dan meneruskan cahaya matari pada musim hujan serta penanaman ragam buah, kacang-kacangan, dan bunga, serta menempatkan hewan-hewan seperti angsa, merpati, burung. Pada era ini keilmuan pertamanan umat Islam telah meningkat. Namun, sayang peninggalan taman-taman Islam pada era ini tidak lagi bertahan untuk menunjukkan sejarah Seni Berkebun Islam Awal ini.

Tika berharap perkembangan keilmuan landscape atau pertamanan tidak lagi pada substansi elemen dan desain saja, namun lebih pada bagaimana merancang Taman Islam berdasarkan Al Quran dan Hadits; yaitu dengan memegang teguh batasan syariah pada elemennya dan mengedepankan inspirasi islam pada karakternya. Tidak melanggar hal-hal yang diharamkan, seperti elemen yang dilarang (patung, material emas dan perak), karakter yang dilarang (kemewahan, mencampuradukkan kebaikan dan keburukan), dan aktivitas yang melanggar sunatullah.

“Taman Islam harus dapat  sebagai bagian dari muamalah,” tutupnya.