Jumat, 26 April 2024
Sekolah Menengah Kejuruan

SMKN 1 Rengat Taja Sosialisasi Dampak Pergaulan Bebas

SMKN 1 Rengat Taja Sosialisasi Dampak Pergaulan Bebas

RENGAT-Indonesia merupakan negara dengan angka perwakinan anak tertinggi kedelapan di dunia. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional Badan Pusat Statistik Tahun 2018, angka perkawinan anak di Indonesia mencapai 1,2 juta kejadian.

Pernyataan itu disampaikan Kepala Bidang Pemenuhan Hak dan Tumbuh Kembang Anak, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Indragiri Hulu, Rika Varia Nora, S.Si, T, MPH saat menjadi pembicara sosialisasi dampak pergaulan bebas bagi peserta didik kelas 10 SMKN 1 Rengat, Rabu (23/2/2022).

“Anak perempuan berusia 17 tahun paling rentan terhadap pernikahan. Bahkan 1 dari 9 perempuan umur 20 sampai 24 tahun menikah sebelum usia mereka 18 tahun,” ujar Rika.

Menurut Rika, kasus pernikahan anak yang cukup besar terjadi di Indonesia, mayoritas disebabkan dampak dari pergaulan bebas remaja, satu diantaranya adalah seks bebas. “Akibat menikah di usia muda atau anak-anak, dampaknya sangat banyak, mulai dari kematian ibu dan bayi, anak balita stunting hingga kemiskinan,” ujarnya.

Karena itu, agar terhindar dari pegaulan bebas dan pernikahan anak, Rika berpesan kepada peserta didik SMKN 1 Rengat untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, melakukan aktivitas yang positif dan kreatif, jujur pada diri sendiri dan berkomunikasi dengan baik kepada orangtua dan keluarga. “Pencegahan yang paling baik harus berasal dari diri sendiri dan keluarga,” ucapnya.

Sementara itu, Kepala SMKN 1 Rengat, Drs Ahmad Bastari MM mengungkapkan bahwa sosialisasi dampak pergaulan bebas ini diikuti 401 peserta didik kelas 10. Ia berharap kegiatan yang diselenggarakan Bagian Kesiswaan ini mampu memberikan pemahaman dan edukasi kepada peserta didik tentang dampak dari pergaulan bebas. “Dan yang paling utama adalah peserta didik tidak terjebak dalam pergaulan bebas, apalagi menjadi bagian dari perkawinan anak,” jelasnya.( HUMAS )