Sabtu, 27 April 2024
Sekolah Menengah Pertama

Peringatan Maulid Nabi Saw, Bukan Hanya Tradisi dan Seremoni Belaka

Peringatan Maulid Nabi Saw, Bukan Hanya Tradisi  dan Seremoni Belaka

Oleh : M. Hasyim Asy’ari, S.H.*)

Pengertian Maulid Nabi Secara etimologis, Maulid Nabi Muhammad Saw bermakna (hari), tempat atau waktu kelahiran Nabi yakni peringatan hari lahir Nabi Muhammad Saw. Secara terminologi, Maulid Nabi adalah sebuah upacara keagamaan yang diadakan kaum muslimin untuk memperingati kelahiran Rasulullah Saw. Hal itu diadakan dengan harapan menumbuhkan rasa cinta pada Rasululllah Saw. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad Saw wafat. Secara subtansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Rasulullah Muhammad Saw, dengan cara menyanjung Nabi, mengenang, memuliakan dan mengikuti perilaku yang terpuji dari diri Rasulullah Saw.

Kegiatan Maulid Nabi belum dilaksanakan pada zaman Nabi, tetapi amaliyah itu dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya secara umum. Walaupun tidak ada nash yang nyata tetapi secara tersirat Allah dan Rasul-Nya menyuruh kaum muslimin untuk merayakan suatu hari yang menjadi peringatan-peringatan seperti Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj, Nuzulul Qur‟an, tahun baru Islam, hari Asyura‟ dan lain-lain

Peringatan Maulid Nabi diperkirakan pertama kali diperkenalkan oleh Abu Said al-Qakburi, seorang gubernur Irbil, di Irak, pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin al-Ayyubi (1138 H-1193 M). Adapula yang mengatakan bahwa idenya sendiri justru berasal dari Sultan sendiri. Tujuannya adalah untuk membangkitkan kecintaan kepada Nabi Muhammad Saw, serta meningkatkan semangat juang kaum muslimin kala itu sedang terlibat dalam Perang Salib melawan pasukan Kristen Eropa dalam upaya memperebutkan kota Yerusalem.

Dalam kehidupan Rasulullah Saw faktanya tidak ada riwayat yang menyebutkan setiap hari ulang tahun kelahiran nabi melakukan kegiatan ritual tertentu. Bahkan para sahabat pun dalam sejarah yang kita baca tidak pernah pernah mengadakan ihtifal (seremoni) secara khusus setiap tahun untuk mewujudkan kegembiraan karena memperingati kelahiran Nabi Muhammad Saw. Bahkan upacara secara khusus untuk merayakan ritual maulid Nabi Saw juga tidak pernah kita dari generasi tabi’in hingga generasi salafus sholeh selanjutnya.

Masyarakat islam di Indonesia umumnya menyambut maulid  Nabi dengan mengadakan perayaan-perayaan keagamaan, seperti:pembacaan shalawat Nabi, pembacaan syair Barzanji dan pengajian lainnya. Orang Jawa bulan Rabiul Awal menyebutnya dengan bulan Mulud, dan acara Muludan juga dirayakan dengan perayaan dan permainan gamelan Sekaten. Sebagian masyarakat muslim Sunni dan Syiah di dunia merayakan Maulid Nabi. Muslim Sunni merayakannya pada tanggal 12 Rabiul Awal sedangkan muslim Syiah merayakannya pada tanggal 17
Rabiul Awal, yang juga bertepatan dengan ulang tahun Imam Syiah yang keenam, yaitu Imam Ja’far ash-Shadiq.

Sampai saat ini pun belum didapatkan keterangan yang memuaskan dan tepat mengenai tentang perayaan maulid masuk ke Indonesia. Namun terdapat indikasi bahwa orang-orang Arab Yaman yang banyak datang di wilayah ini adalah yang memperkenalkannya, disamping pendakwah-pendakwah dari Kurdistan. Ini dapat dilihat banyak keturunan mereka maupun para pembesar mereka yang mempertahankan tradisi perayaan maulid. Di samping dua penulis kenamaan kitab Maulid berasal dari Yaman (al-Diba‟i) dan dari Kurdistan (al-Barzanji), yang jelas kedua penulis tersebut mendasarkan dirinya sebagai keturunan Rasulullah, sebagaimana terlihat dalam
kasidah-kasidahnya.

Bisa dipahami bahwa tradisi keagaman perayaan maulid merupakan salah satu sarana penyebaran Islam di Indonesia, Islam tidak mungkin dapat tersebar dan diterima masyarakat luas di Indonesia, jika proses penyebarannya tidak melibatkan tradisi keagamaan. Yang jelas terdapat fakta yang kuat bahwa tradisi perayaan maulid merupakan salah satu ciri kaum muslim tradisional di Indonesia. Pada umumnya dilakukan oleh kalangan sufi. Maka dari segi ini dapat diperoleh kesimpulan sementara bahwa masuknya perayaan maulid bersamaan
dengan proses masuknya Islam ke Indonesia yang dibawa oleh pendakwah yang umumnya merupakan kaum sufi. Hal itu dilakukan karena dasar pandangan ahl al-sunnah wa al-jama’ah An-Nahdhiyah.

Beragam corak Islam yang mendominasi warna Islam Indonesia, lebih fleksibel dan toleran dibanding dengan kelompok lain. Mempertahankan tradisi menjadi sangat penting maknanya dalam kehidupan keagamaan, berdasarkan pada kaidah ushuliyah, al-muhafadzah li al qadim al-shalih, wa al-ahdza min jadid al ashlah. Inilah kemudian dalam wacana keilmuan disebut sebagai Islam Tradisional atau islam Nusantara.

Sinopsis dari pembahasan diatas Salah satu sarana efektif penggalangan simpati tersebut adalah pelestarian tradisi keagamaan yang populer di masyarakat khususnya bagi masyarakat muslim, termasuk yang paling penting didalamya adalah peringatan maulid serta pembacaan kitab-kitab maulid, yang umumnya lebih dikenal sebagai diba’an atau berzanjen.

*) Guru MTs. Miftahul Ulum 2 Bakid