Sabtu, 04 Mei 2024
Perguruan Tinggi

HMTP UAD Dukung Pengembangan Produksi Garam di Wonoroto Bantul

HMTP UAD Dukung Pengembangan Produksi Garam di Wonoroto Bantul

Tim PPKO Himpunan Mahasiswa Teknologi Pangan (HMTP) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) melakukan survei pengelolaan garam di Wonoroto, Bantul, Yogyakarta (Foto: Istimewa)

Himpunan Mahasiswa Teknologi Pangan (HMTP) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) yang tergabung dalam tim Program Peningkatan Kapasitas Ormawa (PPKO) berhasil membantu peningkatan kualitas produksi garam di Padukuhan Wonoroto, Bantul. Ir. Muhammad Mar’ie Sirajuddin, S.Pt., M.Sc., IPP. didapuk untuk menjadi pendamping tim PPKO HMTP selama kegiatan berlangsung.

Penerjunan dilakukan pada 18 Desember 2022. Beberapa program utama yang dirancang oleh tim antara lain adalah pelatihan pembuatan garam dan sosialisasi terkait kehalalannya. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan kualitas produk sehingga nantinya dapat digunakan dalam bidang pangan.

Diketahui bahwa sebelum penerjunan, tim PPKO HMTP telah melaksanakan survei lokasi tambak yang menjadi tempat produksi garam lokal di Wonoroto. Tambak telah menggunakan sistem garam tunnel, yakni proses produksinya tidak terganggu oleh musim atau cuaca. Namun, lokasi tersebut sudah tidak beroperasi sejak tahun 2020 karena terjadi penumpukan hasil yang masih berpasir.

Salma Maulidya Prastiwi selaku Ketua Tim PPKO HMTP menjelaskan bahwa masalah tersebut terjadi karena adanya kesalahan pemasangan sistem tunnel bersirip sehingga mengakibatkan kontaminasi pasir dan tanah pada garam. “Hal itu membuat garam yang dihasilkan jadi tidak layak konsumsi dan akhirnya hanya digunakan sebagai pakan ternak,” terang Salma.

Menjawab tantangan tersebut, tim PPKO HMTP kemudian berhasil melakukan pemurnian garam krosok menggunakan metode rekristalisasi. Metode tersebut membuat garam yang dihasilkan menjadi halus dan bersih. Hasil uji di Balai Laboratorium Kesehatan dan Kalibrasi Yogyakarta menunjukkan bahwa kontaminasi logam dan bahan pelarut lainnya telah sesuai dengan kadar SNI garam konsumsi sehingga produk tersebut bisa dinyatakan layak untuk dikonsumsi.

Metode rekristalisasi dilakukan dengan melarutkan 250 gram garam krosok dengan 1 liter air, kemudian dilakukan filtrasi atau penyaringan menggunakan saringan tahu. Filtrat yang dihasilkan direbus menggunakan api kecil sambil dilakukan pengadukan sehingga dihasilkan garam bertekstur halus dan bersih dari pasir serta tanah. Salma menuturkan bahwa dalam proses ini dihasilkan 230 gram garam murni dari material awal yang digunakan.

Sementara untuk sosialisasi kehalalan produk, Muhammad Mar’ie Sirajuddin ditunjuk untuk menjadi pembicara dan menyampaikan tentang “Sertifikasi Halal dengan Metode Self Declare untuk UMKM”. Kegiatan dilaksanakan pada 31 Desember 2022 dengan berkolaborasi bersama mitra Kelompok Swadaya Desa yang terdiri atas karang taruna, PKK, dan ibu rumah tangga setempat. (tsa/ist)

uad.ac.id