Minggu, 19 Mei 2024
Sekolah Menengah Atas

TANGGAPAN TERHADAP CAPTION GURU PJOK SMAN 3 BORONG

vinsensius Nurdin

Pada kesempatan ini saya sangat berbangga memberi masukan yang membagun kesadaran bersama dalam kerangka umum pendidikan demi memberdayakan potensi peserta didik secara holistik. Beberapa hari yang lalu saya mendapat caption face book yang sangat menyentuh dari sahabat sekaligus rekan kerja di SMAN 3 BORONG Bpk. Yohanes Birudin seorang guru PJOK. Dalam tautannya, beliau mencoba merangkai kembali idiom tradisional yang selama beberapa dekade telah membentuk daya juang manusia dalam struktur fisiknya melalalui paradigm MENS SANA IN CORPORE SANO. Pribahasa ini telah sekian lama membentuk cara pandang manusia dalam menanggapai pentingnya olahraga secara fisik. Secara gamblang dalam penerjemahan literer, pribahasa ini menemukan akarnya pada paham ketersalingan antara dua instrumen dalam diri manusia yakni jasmani dan rohani yang keberadaannya saling mengandaikan. JIWA YANG SEHAT TERDAPAT DALAM TUBUH YANG SEHAT adalah ungkapan literer yang mau diungkapkan dalam paradigma MENS SANA IN CORPORE SANO. Betapa besarnya akibat yang mau ditularkan dari rangkaian pribahasa ini sedemikian rupa sehingga telah menempati ruang istimewah dalam caranya manusia menyadari keberadaannya di dunia ini.

Pribahasa MENS SANA IN CORPORE SANO telah sekian lama terendap dalam kesadaran insan pendidikan sebagai salah satu pernyataan motivasi bagi pendidikan pada umumnya sehingga membingkai caranya manusia menghidupi diri dengan pemberdayaan secara fisik. Setiap orang telah melakukan berbagai kegiatan demi kebugaran fisiknya dan itu dipercai mampu menjaga keseimbangannya di tengah berbagai aktivitas yang dilakukan. Begitu pentingnya olah raga /olah fisik sehingga berbagai penyakit yang ada ditengerai berasal dari keenganan kita melakukannya. Berbagai dorongan yang dilakukan dalam bentuk latihan fisik kepada semua orang dengan didalangi oleh seorang mentor hebat sekelas bpk. Yohanes Birudin bukanlah suatu kewajiban kurikulum semata, tetapi berasal dari kesadaran akan pentingnya hal itu dalam kehidupan manusia. PIKIRAN/JIWA YANG SEHAT BERASAL DARI TUBUH YANG SEHAT adalah korelasi yang paten dari kesadaran manusia. Kesehatan atau kebugaran fisik memberi pengaruh yang luar biasa kepada jiwa/pikiran manusia. Berabad-abad telah terurai beberapa ulasan yang mengetengahkan betapa hubungan jiwa dan badan yang membentuk seorang manusia individual adalah kemutlakkan yang terus disadari adanya sehingga manusia benar-benar dimengerti sebagai salah satu makhluk yang memaknai keberadaannya di antara semua makhluk lainnya di atas jagat raya ini.  Esensi dan eksistensi manusia dalam kenyataan jiwa dan badan telah lama mendapat perhatian serius dari beberapa kalangan yang menjangkau hubungan keduanya sebagai hubungan ketersalingan. Jiwa dan badan adalah seperti satu koin mata uang dengan sisi yang berbeda tetapi dalam kesatuan. Satu koin mata uang tidak dapat dimengerti hanya sebagiannya saja tanpa yang lain. Sesuatu yang dikatakan satu koin berarti kedua sisi yang ada di dalamnya membentuk keberadaannya. Satu koin bukan satu sisinya saja. Semua orang paham akan hal ini. Analogi satu koin yang terbentuk dari dua sisi yang sebelah menyebelah dan membentuk keberadaannya dengan sangat jitu masuk ke dalam pemahaman kita akan keberadaan jiwa dan badan dalam satu keberadaan manusia individual. Akibat lanjut dari paham yang membagun ini bermuara kepada cara kita menanggapi kebhinekaan tingkah laku manusia. Fokus yang tampak dalam bentuk fisik seorang manusia dalam berbagai keanekaannya bagi beberapa orang sudah cukup bukti untuk memberi keputusan tertentu. Keaalpaan kita pada umumnya terletak pada cara pandang kita terhadap apa yang nampak secara badani atau fisik. Don’t judge the book by its cover adalah sepenggal kalimat yang dialamatkan kepada beberap orang yang merasa cukup dengan penampakan fisik tanpa mendalami kedalamannya. Padahal kalau mengikuti uraian dan arahan ini, tampang fisik hanyalah salah satu dari dua bagian manusia. Orang melupakan satu instrument lagi yang kehadirannya saling mengandaikan yakni jiwa atau pikiran. Saya membuat skripsi tentang KEBAIKAN MORAL MENUTUT ST. AGISTINUS dan salah satu penandasan utama St. Agustinus adalah ungkapannya yang terkenal dalam frase bahasa Latin: noli foras ire, in te ipsum redi. In interior homine habitat veritas/ janganlah pergi keluar, masuklah ke dalam dirimu. Dalam kedalamanmu, tinggallah kebenaran. Frase ini bagi saya menghubungkan kita dengan paham yang agak keliru tentang penapakan luar yang kadang difokuskan sedemikian rupa sehingga melalaikan ketidaknampakan jiwa yang letaknya dalam kedalaman manusia. Sejalan dengan ini, pergumulan panjang para psikolog adalah rentetan usaha untuk mencoba melafalkan getaran yang tidak tampak dari manusia yakni jiwanya. Dalam jiwa manusia tersimpan kompleksitas hidup manusia. Usaha menerjemahhan rensonansi jiwa manusia yang dilakukan ilmu psikologi telah membantu paham universal kita akan siapa manusia itu di hadapan keseluruhan kosmos ini. Berbagai traktat psikologi telah mengundang kita untuk membaca kedalaman manusia yang nampaknya tidak tampak tetapi berpengaruh besar kepada apa yang kelihatan.

 mens sana in corpore sano vs Corpus sanum in mentem sanam

Persilangan dari dua kalimat di atas tampaknya saling berlawanan. Bagian pertama mens sana in corpore sano tampaknya lebih menekankan kekuatan jiwa/pikiran yang terdapat dalam tubuh/fisik yang sehat dan bagian yang kedua Corpus sanum in mentem sanam /tubuh yang sehat ada dalam jiwa yang sehat tampaknya lebih menekankan kekuatan fisik. Kualitas fisik/badan akan berpengaruh kepada kualitas jiwa/pikiran yang sehat. Terbelahnya paham seperti ini nampaknya dianut oleh manusia dalam kelompok paham yang memiliki cara pandang yang berlainan terhadap manusia. Tanpa bermaksud menyalahkan yang satu atau membenarkan yang lainnya, uraian saya ini justeru memiliki niat untuk merekonsisliasi keduanya dalam keseimbangan paradigma. Kedua instrument dalam diri manusia yakni jiwa dan badan adalah perangkat yang cara kerjanya saling bergantung satu dengan yang lainnya. Ketika salah satu di antaranya dianggap beroperasi tanpa yang lain, akan menghantar kita kepada keharusan mementingkan yang satu dan menolak atau menganggap keberadaan yang lainnya hanya sebagai pelengkap semata. Keseluruhan paham yang mesti terus dimainkan dalam hal ini adalah keseimbangan keduanya dalam kesatuan cara pandang manusia.

Keseimbangan cara pandang ini akan menentukan kita dalam memperlakukan diri kita dan orang lain di luar diri kita di kosmos ini. Bagaimana cara kita sesungguhnya menjaga keseimbangan antara jiwa/pikiran dan badan/fisik. Adakah hal-hal yang bisa kita lakukan dalam melayani kedua instumen ini dalam diri manusia? Beberapa tawaran yang disodorkan diantaranya telah dibuat oleh manusia dalam kurun waktu semenjak peradaban aksara ditemukan. Olah raga dan olah jiwa secara kurang sadar telah kita buat dalam keseharian hidup kita. Katakana saja untuk mewakili makanan fisik, sebagaimana dalam lingkungan pendidikan sekolah telah dilakukan di bawah arahan Bpk. Yohanes Birudin di SMAN 3 Borong dalam gerak tubuh/latihan fisik. Ada banyak bentuk olahan fisik ini. Dan bagaimana dengan makanan jiwa? Hal ini pun telah dilakukan manusia melalui berbagai upaya peradaban dalam mengisi hidup dengan pengetahuan dan pengalaman yang saling bahu membahu menjawab pertanyaan kehidupan. Pemberdayaan sumber daya manusia yang dilakukan dalam lembaga pendidikan adalah salah satu caranya manusia member makanan kepada instumen jiwa/pikirannya.