Sabtu, 27 April 2024
Sekolah Menengah Atas

GUGATAN KEPASTIAN MATEMATIKA SEBAGAI ILMU PASTI

GUGATAN KEPASTIAN MATEMATIKA SEBAGAI ILMU PASTI

Vinsensius Nurdin

Sman3borong.sch.id-Dalam peraduan waktu dan ruang yang terus menggeliat dalam kerudung tanpa paripurna, ada banyak hal yang terus mengapit, berdesakan dalam gesekan yang tidak terhindarkan dan tidak menghasilkan resultante sebagaimana settingan yang biasa dibuat. Ketergopohan massa akhirnya beralih kepada apa yang diakui secara umum dan setiap mulut meneriaki keabsahannya sebagai tanpa guggatan.  Retorika di ruang dialektika akhirnya mencuat pada perenggangan dinamika pemahaman yang memberi   wadah kepada terkuaknya kisah-kisah yang mungkin terpaksa diiakan dan diakui. Betapa tidak hal semacam itu telah lama menghuni  peradaban kita tanpa Tanya. Kebayakan dari kita haya mengangguk dan senyum tersipu di hadapan realita yang lama mengerami cara kita berpikir dan menetaskan cara kita berpola laku.

Ruang diskursus manusia yang berawal dari dan menuju kepada penetapan dengan memasang  rumusan yang keabsahannya berlaku kapan dan dimana saja telah lama ditetapkan sebagai jerat akademik yang sulit dilepaskan. Kekuatan konsensus dalam bentuk penerjemahan rumusan yang dibuat sesuai dengan simbol  numerik yang ditentukan. Keberlangsungan symbol numerasi dan literasi kian melekat dan membentuk cara tersendiri dalam merampungkan persioalan-persoalan hidup. Ada keberlanjutan dalam tata akademisi yang kadang tidak diketahui sampai kapan dalam suatu bentuk kesepakatan yang menuntut kita untuk mengakuinya dan dijadikan landasan untuk memecahkan masalah tertentu.

Gaung dan gema dunia akademisi dalam formulasi ketat telah lama beroperasi dalam dunia kita. Ada symbol numerasi dan literasi yang dijadikan dasar bersama dan keberlakuannya mutlak. Ruang diskursus terus terjejal sesuai dengan keberpihakan masing-masing orang dalam tata laksana keilmuan. Ada pertikaian yang tidak berhenti dalam memertahankan kebenaran sesuai formulasi keilmuan. Perbenturan demi perbenturan kian menambah khazanah tersendiri dalam kancah pergulatan ilmiah kaum akademisi.

Pergulatan yang hingga kini terus bergaung dan bergema adalah stigma yang melabelkan ilmu matematika sebagai ilmu pasti. Perbendaharaan labelitas matematika sebagai ilmu pasti tanpa kecukupan paham akan keberadaannya dan langsung merangkak masuk ke lini ilmiah manusia. Retorika literer akhirnya mencuat dalam lingkaran itu seperti misalnya dalam bentuk pertanyaan yang memantik keingintahuan kita. Salah satu pertanyaan pemantik  diantara sekiannya adalah apa yang membuat matematika sebagai ilmu pasti? Apa ati kata kepastian dalam konsep matematika dalam persandingan konsep paham etimologis bahasa pada umumnya. Adakah konsep kepastian matematis sedikit berbeda dengan konsep kepastian non matematis?

Perambahan dalam penguaraian akademik sangat memperhitungan perimbagan dialektika antara variable yang saling terhubung satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh adalah variable semisal konsep kepastian dengan pengertian sesuatu yang sudah diketahui pada umumnya. Penelusuran akan terus berlanjut hanya dalam variable paham seperti ini dalam formulasi lanjutan apa artinya sudah diketahui secara umum. Konsep sudah diketahui secara umum dengan alat bantu tertentu semisal penerapan rumusan matematisnya benar maka konsep kepastiannya benar, tetapi kalau konsep diketahui secara umum tanpa formulasi matematis maka konsep kepastian itu tidak benar karena masih dipertautkan dengan proses pengenalan dan pengetahuan pada umumnya.

Ada banyak uraian yang terus terakumulasi dalam beberapa catatan kritis yang mungkin menjadi ajang terkuaknya kisah-kisah di balik rentetan peristiwa kesangsian akademik. Penemuan gugatan kritis tidak lagi tersandera dalam menara pengetahuan masing-masing, tetapi telah terinstal dalam beberapa pola retorik yang pada galibnya menggugah dan menggugat katakan kemapanan suatu kebenaran yang dikultuskan. Dalam geliat rasional yang tidak dikudung oleh terbabatnya belantara kesangsian akan kebenaran pengetahuan manusia, semua hal bisa diragukan kebenarannya. Sebagaimana kesangsian kita pada kesempatan ini ada yakni kesangsian dalam kultus manusia yang mengafirmasi matematika sebagai ilmu pasti. Apanya yang pasti?

Dalam kerangka yang lebih dalam, dapat kita telusuri beberapa jejak keraguan yang memperlihatkan betapa suatu pernyataan ilmiah perlu juga diselidiki kebenarannya. Premis yang menempatkan Matematika sebagai ilmu pasti perlu diuji. Ujian pertama sebagai misal adalah perhitungan matematika. Hasil yang diperoleh dari suatu perhitungan matematika yang diklaim pasti, tetapi tidak pasti bagi setiap orang terutama dalam pola cara menempuh suatu sebagai hasil tetap. Kalau kepastian yang dimaksud dalam premis matematika sebagai ilmu pasti bermuasal pada tidak adanya kemungkinan hasil lain dari suatu perhitungan matematis dan karenanya mutlak, maka perlu terus ditelusuri. Satu perhitungan yang samayang dikerjakan oleh 2 orang akan memiliki kemungkinan hasil yang sama karena nilai mutlak kebenaran matematis atau kemungkinan hasil yang berbeda karena nilai tidak mutlak kebenaran matematis.

Semua problematika seperti ini   telah meramu kita dalam  kultus pengetahuan hingga kini. Ada diskursus yang terus berlangsung dalam memetakan beberapa paham dan terus menjejal hingga terakumulasi dalam beberapa traktat akademisi yang beberapa di antaranya telah menjawab kesangsian dan beberapa lainnya masih tinggal tergelantung di awang-awang. Kita tidak hendak menjadi jagoan di tengah kemelut yang berdesakan dan terus berdesakan menagih perhatian. Insan akademisi dalam tradisi ilmu pengetahuan telah lama dan akan terus mempertautkan hal-hal yang bahkan dianggap final sekalipun. Kesangsian  demi kesangsian tidak terutama untuk merelatifkan kebenaran, tetapi terutama untuk terus merasa lapar dan haus akan kebenaran. Pertanggungjawaban seperti ini berakar pada nilai arkaik manusia yang selalu ingin mengetahui sesuatu.

Apa yang membuat matematika menjadi ilmu pasti? Pertanyaan selevel ini akan terus digugat. Pertanggungjawaban ilmiah tidak pernah berhenti pada satu titik simpulan tertentu saja, tetapi terus merambah pada beberapa hal yang saling terhubung dan membentuk gundukan baru dalam skop ilmu pengetahuan. Jika suatu yang diklaim sebagai sesuatu yang mutlak tidak dapat memertanggunjawabkan keberadaaanya, maka harus dengan keberanian menyatakan iktiarnya untuk diselidiki. Keraguan akademis harus terus dipertautkan kepada apa pun sehingga dapatlah kita mendekati sesuatu sebagaimana adanya. Ada banyak mulut yang mengaku bahwa sesuatu dianggap benar jika kriteria yang dipasang dan menjadi acuannya  tepat mengenai sasaran yang dituju.

Salah satu pertimbangan sederhana dari kesangsian matematika sebagai ilmu pasti ada dalam kenyataan yang bisa diterapkan pada keseluruhan. Semua orag tidak dapat mencapai hasil yang sama dari suatu formulasi matematika tertentu. Lalu apanya yang pasti? Siapa yang memastikan kebenaran matematika sebagai ilmu pasti tatkala masih terdapatnya elemen pada mana kepastian itu tidak pasti untuk semua.  Dilemma logisnya terdapat salah satunya pada korelasi bahwa jika formulasi matematika tidak bisa diterapkan pada setiap orag, maka sulit untuk dikatakan itu adalah sesuatu yang pasti. Kondisi seperti ini akan terus diladeni tatakala kita berhadapan dengan dengungan matematika sebagai ilmu pasti. Inilah kulminasi dari cara saya berkolaborasi dalam perlombaan bergengsi CERDAS CERMAT MATEMATIKA tingkat SMAN 3 BORONG. Dalam sesi final yang diselenggarakan pada hari ini tampak jelas keapikan peserta didik dalam meladeni formulasi matematika. Kelihaian dalam menerjang soal-soal matematika dengan aplikasi rumus sebagaimana yang diterapkan dalam pengerjaan soal-soal matematika telah memetakan betapa terukurnya suatu kemampuan yang diorganisir dari kemampuan tertentu. Setiap regu dalam perlombaan berkutat secara tidak terbendung dengan sketsa matematis. Kita terus memerkuat kesimbagan numerasi dan literasi anak-anak bangsa.