Minggu, 19 Mei 2024
Sekolah Menengah Atas

MENCARI JEJAK ORIENTASI HIDUP

VINSENSIUS NURDIN

Berbagai pengamatan telah manusia lakukan dalam berbagai segi kehidupan dan semuanya menuju kepada terungkapnya beberapa hal yang kadangkala sulit dipahami. Keanekaragaman cara hidup manusia demi tetap bertahan juga ditentukan oleh seberapa besar dia menggeluti sesuatu sebagai pedoman dalam hidupnya. Keterikatan manusia pada satu hal dan rela melepaskan lainnya juga menunjuk kepada keterbatasan manusia akan adanya sebagai makhluk yang terbatas dalam sekat ruang dan waktu. Membunuh dua ekor burung dengan sebutir batu hanyalah suatu desakan moral yang merujuk kepada tindakan nyata kehidupan dalam memeroleh kebaikan sebagai cita-cita seluruh penghuni jagat ini. Beberapa bentuk kehidupan ketika diselisik akan ditemukan beberapa dorongan yang menuntun mereka tetap bertahan atau berubah sesuai dengan cara pandang tertentu yang ketika coba dikaitkan akan tampak sedikit atau banyak perbenturan satu dengan lainnya dan bahkan saling meniadakan dalam bentuk perlomban kehidupan yang tidak sehat atau secara nyata melakukan trik atau tipuan demi tetap bertahan. Akan ada banyak ungkapan lain yang coba dihubungkan dengan berbagai adegan kehidupan yang muncul dari beberapa cara hidup manusia baik sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosial.

Pada kesempatan ini saya mencoba mengurai benang kekusutan dalam gumpalan misteri manusia dalam pandangan seorang filsuf kasik Plato. Beberapa pernyataannya sebagaimana terungkap dalam permenungan filosofisnya menunjuk kepada usaha manusia sejak awal untuk menemukan jawaban terhadap beberapa petanyaan pemantik tentang siapakah manusia itu. Karya-karya literasi dalam penelusuran akademik telah menempatkan beberapa anggapan tertentu yang menunjuk kepada geliat rasional manusia berhadapan dengan misteri diriya sendiri. Bak sang emu yang menempa kerisnya, seorang pegiat literasi dalam tataran dunia masa lampau sekelas Plato telah bersusah payah mencoba menguak kisah dibalik identitas makluk manusia sehingga dalam lingkup sederhana paling kurang dapat menjawab keresahan tertentu karena kepenatan akan bervariasinya cara manusia menghidupi kehidupannya.

Untuk maksud di atas, Plato mengedepankan 3 istilah tekhnis yang menunjuk kepada caranya setiap individu manusia menghidupi kehidupannya. Atau dorongan yang menggerakan kehidupan seseorang sehingga mengarah kepada hal-hal yang kadang kala bertentangan dengan cara pandang/sikap orang lain. Istilah tekhnis pertama sebagaimana dinyatakan Plato adalah philosophos. Orang-orang yang masuk dalam tipe ini adalah siapa saja yang mengabdikan dirinya pada pencarian kebenaran, siapa saja yang meluap-luap karena cintanya yang tidak terhingga pada kebenaran. Kecintaan pada kebenaran adalah tujuan dari hidup manusia karena kemampuannya mengaktifkan jiwa rasional. Kecintaan pada kebenaran yang menjadi sukma manusia ingin menegaskan keberadaan manusia yang dibedakan dari binatang infra human lainnya. Setiap orang dengan berbagai cara atau dalam berbagai bentuk mengusahakan terselenggaranya kebenaran sebagaimana adanya adalah orang-orang yang tidak pernah gentar menghadapi situasi kejam atau bahkan nyawa taruhannya. Kebenaran yang terus dijelajahi oleh rasio manusia akan mampukan dia dalam menata hidupnya dalam keseluruhan kosmos ini. Setiap orang dalam zaman yang berbeda pun selalu memproklamirkan nilai kebenaran sebagai pernyataan hidup yang harus selalu menemani setiap gerak manusia. Dasar dari pencaharian yang tiada henti demi kebenaran adalah gugatan jiwa manusia yang selalu bergerak demi sesuatu yang nilainya tidak terhingga. Kesaksian hidup manusia yang rela mempertaruhkan hidupnya demi nilai kebenaran tertentu telah banyak memenuhi relung batin kita sehingga menjadi rekaman dahsyat ketika terjadi penyelewengan. Beberapa orang akan secara lugas berani membuat pernyataan seperti ini tidak benar atau dalam bentuk retoriknya dimanakah kebenaran? Saya teringat akan beberapa pernyataan sebagai penegasan ketika terurai dalam kata kata ini INERMIS EST VERITAS,ARMA VERITATIS VERITAS/ KEBENARAN TIDAK MEMPUNYAI SENJATA ,SENJATA KEBENARAN ADALAH KEBENARAN. Atau NON VINCIT NISI VERITAS, VICTORIA VERITATIS EST CARITAS/HANYA KEBENARAN YANG PERNAH MENANG, KEMENANGAN KEBENARAN ADALAH KASIH.

Istilah tekhnis kedua yang diselisik Plato adalah philonikon. Dengan peristilahan ini mau ditunjukkan salah satu model cara hidup manusia dengan perhatian yang berlebihan pada kemenangan-kemenagan. Rujukan melalui istilah ini ada pada manusia yang melihat kemenagannya sebagai saat untuk merendahkan atau melecehkan orang yang kalah dalam salah satu perlombaan tertentu. Persaingan dalam laga kehidupan yang nyata dalam berbagai bentuknya menjadi kesempatan emas untuk orang dengan tipe atau orientasi ini merendahkan atau bahkan melumpuhkan orang lain sebagai lawannya. Kita tidak menolak sama sekali nilai dari suatu kemenagan tertentu, karena itulah kehidupan yang sesungguhnya yakni memenangkan setiap kesempatan sehingga dapat tetap bertahan dalam persaingan. Yang menjadi focus kita adalah orientasi orang-orang yang menjadikan persaingan sebagai kesempatan menyesatkan orang lain, merendahkan orang lain dan bahkan menjadikan orang lain sebagai korban yang dianggap pantas dalam kemenangannya. Persaingan tidak sehat sangat diminati oleh orang-orang bijak dalam membaca fenomena tipe philonikon a la Plato ini. Kewajiban menyingkirkan atau meniadakan orang lain dalam keseluruhan eksistensinya adalah litany sakral dari tipe orang seperti ini. Di balik orientasi diri demi meraih kemenangan-kemenangan inilah orang-orang ini akan menyandang nama besar sebagai prestise sosial. Menghalalkan segala cara demi nama besar dalam tambahan istilah tekhnis Plato adalah philotimon. Nama besar menjadi orientasi hidup dari orang-orang tertentu sehingga hal-hal yang tidak berhubungan dengannya dianggap sampah atau tidak bernilai sama sekali.

Istilah tekhnis ketiga sebagai hasil penelusuran Plato adalah philokhrematon. Orang yang dikitari oleh tipe ini adalah mereka yang memusatkan seluruh hidupnya demi tumpukan harta benda atau uang. Keseluruhan hidupnya hanya mengarah kepada penumpukan harta kekayaan sedemikian rupa sehingga hal-hal yang tidak relevan dengannya akan dianggap tidak berarti sama sekali.   Dalam kurun beberapa abad kemudian, Karl Marx mengafirmasi tipe manusia ala Plato ini dengan pernyataan terkenal: uang adalah pelacur umum, yang membuat orang bermusuhan berdamai kembali atau orang yang damai menjadi bermusuhan. Saya dan anda tidak sama sekali menolak uang, karena tanpa uang kita tidak dapat membayangkan apa yang terjadi. Perhatian kita sesungguhnya ada pada pemusatan perhatian yang berlebihan atau terlampau mengagungkan uang sehingga hal lainnya dianggap sepi. Banyak hal terjadi baik dalam skala kecil maupun besar karena uang. Tidak terhitung jumlahnya situasi/keadaan yang berantakan karena mendewakan uang. Sebagi alat pertukaran, uang telah menyita perhatian banyak pihak sehingga telah menjadi komoditi umum dalam mencapai semua hal. Kekuatiran yang ditimbulkan karena uang adalah menyamakan nilai uang sebagai alat pertukaran ekonomis dengan manusia sebagai manusia. Eksistensi manusia dalam perambahan literasi akademis selalu digarisbawahi sebagai makhluk mulia yang tidak pernah boleh diobjektivasi atau dijadikan alat tukar dalam takaran manapun. Idealisme humanistik ini telah tercoreng oleh berbagai geliat yang menukarkan nilai eksistensi manusia dengan nilai ekonomis dalam bentuk uang. Karena uang banyak harga diri manusia dipertukarkan. Pesona uang telah banyak memperjualbelikan harga diri manusia.

Ketiga tipe orientasi hidup manusia ala Plato di atas diyakini pernah hinggap atau bahkan tetap menetap dalam diri saya dan anda. Semua kejadian di planet kita ini dari dahulu hingga saat ini merupakan copian dari orintasi hidup manusia. Dengan demikian, sebagaimana kita saksikan dan alami terjadi saling silang arah, terjadi perbenturan, terjadi sikut menyikut, terjadi penelikungan. Semua orintasi yang ditunjukkan dalam artian tertentu mengacu kepada identitas pribadi manusia. Dalam kegalauan cara/metode pendekatan, kita tetap mengarahkan perhatian kepada discernment/penajaman, kepada pemberdayaan sehingga akan saling melengkapi dalam memmerkaya kazanah manusia pada umumnya. Pemberdayaan orintasi berbeda telah banyak dilakukan dengan mengedepankan paham yang memadai demi kelanggengan hidup manusia. Kita justeru akan tetap menghasilkan buah yang berlipat ganda dalam  kemampuan memberdayakan potensi yang berbeda.