Senin, 20 Mei 2024
Sekolah Menengah Kejuruan

Perayaan Hari Raya Saraswati Bertepatan Dengan Piodalan Di Pura Saraswatistana SMK Negeri 3 Denpasar

Perayaan Hari Raya Saraswati Bertepatan Dengan Piodalan Di Pura Saraswatistana SMK Negeri 3 Denpasar

Hari Raya Saraswati dalam ajaran agama Hindu mengandung makna, turunnya ilmu pengetahuan sekaligus sebagai penghormatan terhadap Dewi Pengetahuan yaitu Dewi Saraswati.

Hari Raya Saraswati diperingati setiap enam bulan sekali pada Saniscara Umanis Wuku Watugunung yang jatuh pada Sabtu 16 Desember 2023 menjadi hari penting umat Hindu khususnya siswa sekolah dan penggelut dunia pendidikan.

Dewi Saraswati merupakan sakti dari Dewa Brahma sebagai Dewa Pencipta. Dewi Saraswati merupakan Dewi yang menurunkan ilmu pengetahuan kepada manusia yang berguna bagi diri sendiri, masyarakat, bangsa dan negara dalam menjalani kehidupan.

Pada hari Saraswati, umat Hindu memuja Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Dewi Saraswati. Perayaan Hari Raya Saraswati di SMK Negeri 3 Denpasar bertepatan dengan liodalan atau wali di Pura Saraswati Istana sekolah, sehingga hal ini menjadi hal yang spesial.

Kepala SMK Negeri 3 Denpasar Drs. A. A Bagus Wijaya Putra, M.Pd mengatakan, untuk perayaan hari raya Saraswati di SMK Negeri 3 Denpasar bertepatan dengan piodalan atau wali di Pura Saraswati Istana, sehingga perayaan hari raya Saraswati berbeda dengan sekolah lain, piodalannya bertepatan dengan hari raya Saraswati.

“Untuk kali ini memang ada sedikit perbedaan dengan sebelumnya, dimana kali ini melaksanakan mecaru Rsigana, secara umum pelaksanaan hampir sama dengan tahun sebelumnya, cuma ada tambahan sedikit,” papar Drs. A. A Bagus Wijaya Putra, M.Pd.

pihaknya mengajak siswa dan guru karena ada pentas wayang lemah, topeng, rejang kemudian ada hiburan dari siswa berupa tari – tarian, hiburan kita serahkan kepada siswa.

Drs. A. A Bagus Wijaya Putra, M.Pd menjelaskan, tujuan perayaan hari raya Saraswati adalah bagaimana keluarga besar SMK Negeri 3 Denpasar supaya tetap rahayu, kemudian proses pembelajaran lancar dan Ida Sanghyang Widhi Wasa menurunkan ilmu pengetahuan lewat Dewi Saraswati, supaya mereka bisa menjadi anak yang pintar dan cerdas.

Lanjut Drs. A. A Bagus Wijaya Putra, M.Pd menjelaskan, sejarah berdirinya Pura Saraswati Istana yakni dulunya ini adalah sawah kemudian dibangun SMK Negeri 3 Denpasar lalu dibangunlah pura ini, kemudian ada pemugaran diperluas karena warganya semakin banyak, awalnya 200 orang dan kini 1.642 orang siswa.

Drs. A. A Bagus Wijaya Putra, M.Pd menyatakan, bahwa relevansi perayaan Saraswati tentunya dengan tantangan semakin kompleks dirinya berharap, anak – anak, termasuk guru semakin harus giat belajar memanfaatkan kemajuan yang ada. Kalau sekarang belajar tidak seperti dahulu, sehingga satu kompetensi didalami betul – betul menjadi ahlinya, kalau sudah demikian masih bisa bersaing, daripada belajarnya sedikit – sedikit, ujung – ujungnya tidak bisa bersaing.

“Untuk bisa bersaing dibutuhkan keterampilan, bukan saja dalam mata pelajaran sesuai program studi peminatan seorang siswa, melainkan penguasaan bahasa asing, baik bahasa Inggris maupun bahasa asing lainnya seperti bahasa Jepang,” kata Drs. A. A Bagus Wijaya Putra, M.Pd.

Drs. A. A Bagus Wijaya Putra, M.Pd menjelaskan, di SMK tentu berbeda dengan SMA, karena SMK persiapan bagi anak – anak agar lekas bekerja jadi otomatis harus mempunyai solusi bagaimana mereka bisa masuk di industri,barena dari sudut industri akan mempekerjakan mereka. Jadi SMK Negeri 3 Denpasar berkaitan dengan industri Pariwisata, mamanya sekolah pariwisata harus menggunakan bahasa asing, minimal satu bahasa yang bisa dikuasai, tidak harus bahasa Inggris, kalau dia senang bahasa Jepang bisa menggunakan bahasa Jepang.

“Kalau bahasa Inggris kita ada, kalau bahasa Jepang ekstra kurikuler. Jadi anak – anak yang senang bisa masuk kesana, karena itu tidak bisa dipaksakan, ketika dia senang daftarlah di ekstra, tetapi nanti kedepan mungkin ada penguatan bahasa asing lainnya,” tutup Drs. A. A Bagus Wijaya Putra, M.Pd.

Drs. A. A Bagus Wijaya Putra, M.Pd menyampaikan, sebelum dilaksanakan upacara pecaruan kebetulan momentumnya bertepatan dengan acara pembagian raport.

“Jadi siswa diwajibkan untuk menggunakan pakain adat bagi yang beragama Hindu, dan bagi yang beragama lain menyesuikan yakni pakain sekolah bebas rapi,” kata Drs. A. A Bagus Wijaya Putra, M.Pd

Sumber : https://www.lintascakrawalanews.com/