Selasa, 21 Mei 2024
Perguruan Tinggi

Riset Keilmuan Mandiri Unhas Kolaborasi Fakultas Kedokteran Dan Fakultas Farmasi tentang Obat Alternatif Malaria

Riset Keilmuan Mandiri Unhas Kolaborasi Fakultas Kedokteran Dan Fakultas Farmasi tentang Obat Alternatif Malaria

Salah satu kegiatan yang termasuk dalam program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang dicanangkan oleh Kemendikbudristek adalah riset keilmuan yang terbagi dalam beberapa skema, yaitu riset mandiri, riset desa, riset kewirausahaan dan riset kemanusiaan.

Program ini berjalan selama satu tahun sejak Desember 2021 hingga November 2022 dengan pendanaan dari rispro LPDP. Universitas Hasanuddin meloloskan tujuh tim, termasuk satu tim riset mandiri yang terdiri dari gabungan mahasiswa farmasi dan kedokteran yang mengangkat tema “Pengembangan Obat Anti Malaria Berbasis Nano Teknologi Dari Ekstrak Daun Kelor Dan Daun Pepaya”.

Tim ini diketuai oleh dr. Yenni Yusuf, M.InfectDis, Ph.D., dari Fakultas Kedokteran Unhas dengan anggota Rangga Meidianto Asri, S.Si, M.Pharm.Sc, Apt., dari Fakultas Farmasi dan Hartono, S.Si,SPd,M.Biotech,Ph.D., dari Fakultas MIPA Universitas Negeri Makassar (UNM). Selain itu, turut bergabung ahli nanoteknologi Unhas Andi Dian Permana, S.Si, M.Si, PhD, Apt., dari fakultas farmasi.

Melalui Wawancara pada Selasa (09/08), dr. Yenni selaku ketua tim menjelaskan mitra penelitian ini adalah Laboratorium Malaria Lembaga Biologi Molekuler Eijkman yang dikembangkan oleh salah satu guru besar FK Unhas sekaligus peneliti senior Eijkman, Prof. dr. Syafruddin, Ph.D., (Prof Din), yang kini berada di bawah BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional).

Dirinya menjelaskan sesuai dengan kebijakan DIKTI, kegiatan ini akan bernilai setara dengan 20 SKS dalam dua semester. Adapun mahasiswa yang mengikuti kegiatan ini adalah Muh. Naufal Zuhair dan Rivaldo Go dari Fakultas Kedokteran Unhas, serta Martrisna Dara Karnia Parenden, Kania Meliani Kaharuddin, Mesakh Diki Saputra, dan Diany Elim dari Fakultas Farmasi.

Malaria merupakan penyakit infeksi yang diakibatkan oleh parasit dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Angka kematian dari malaria cukup tinggi, terutama pada anak-anak di daerah endemik.

Beberapa daerah di Indonesia masih endemik penyakit ini, termasuk daerah Papua dan Nusa Tenggara Timur. Karena kemampuan parasit mengembangkan resistensi terhadap obat anti malaria, maka diupayakan adanya penemuan obat-obat anti malaria yang baru untuk mengantisipasi terjadinya resistensi terhadap obat anti malaria terkini yang direkomendasikan oleh World Health Organization (WHO).

Saat ini tim telah melakukan ekstraksi obat dan pengembangan nanopartikel untuk sistem penghantarannya, dan akan segera melakukan pengujian dengan menggunakan kultur parasit Plasmodium falciparum secara in vitro dan juga menggunakan hewan coba mencit.

Parasit malaria yang digunakan merupakan pemberian dari koleksi parasit laboratorium malaria Eijkman. Eksperimen uji aktivitas anti malaria akan dilakukan di laboratorium pusat riset malaria unhas yang bertempat di lantai 2 Gedung Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) yang kini sedang dikembangkan oleh Prof Din.

Selain itu riset menggunakan hewan coba akan dilakukan di entomology and animal lab di lantai 4 FK Unhas yang diketuai oleh dr.Isra Wahid, PhD dan Dr. dr.Irfan Idris, M.Kes.

“Dari riset ini tim dapat mencapai beberapa kompetensi seperti melakukan ektraksi tanaman obat, membuat nanopartikel, menghandle binatang coba dengan baik, mengkultur parasite malaria, berkomunikasi dengan baik dengan sesama anggota tim, jujur dan bertanggung jawab, berdiskusi dengan baik dalam pertemuan ilmiah, serta menulis artikel ilmiah,” jelas dr. Yenni selaku ketua tim.

Diharapkan riset yang dijalankan dapat memberikan manfaat bagi seluruh anggota tim, Unhas, dan juga dapat memberikan kontribusi nyata di masyarakat kelak. (*fk/dhs)

Editor : Supratman