Sabtu, 27 April 2024
Perguruan Tinggi

Konsep Tauhid Tidak Patut Dipertentangkan

Konsep Tauhid Tidak Patut Dipertentangkan

Tauhid merupakan yang paling utama dalam Islam. Tauhid disebutkan dalam syahadat yang menyatakan keesaan Allah SWT. Ketua Program PhD in Islamic Studies Assoc, Prof. Dr. Sohirin M Solihin menjelaskan bahwa konsep tauhid yang beragam dalam tradisi pemikiran Islam sebenarnya bukan hal yang patut untuk dipertentangkan pada kunjungan Universiti Muhammadiyah Malaysia (UMAM) di UMJ. (30/11)

Pada kesempatan yang sama, Sohirin banyak menceritakan pengalamannya sebagai refleksi untuk melanjutkan pendidikan PhD in Islamic Studies di UMAM. Salah satu pengalamannya adalah perbincangan Sohirin dengan pendeta di UK, yang memaksanya berpikir keras tentang konsep Islam yang sederhana dan ramah agar keimanan masyarakat muslim betul-betul meresap ke dalam hati.

Sohirin juga menyampaikan saat ini timbul banyak keberagaman di kelompok masyarakat. “Keberagaman yang hadir di antara kalangan asy’ariyah al-maturidiyah, salafi wahabi, maupun qadiriyah, dan jabariyah, merupakan dinamika dalam dunia Islam yang turut menyumbang gaung Islam di berbagai kelompok masyarakat, tutur Sohirin.

Lebih lanjut, Ia mengungkapkan ayat wa lillaahil masyriqu wal maghribu sebagai legitimasi bahwa tidak semestinya bersikap anti Barat, lalu menutup mata untuk tidak berinteraksi dengan Barat. “Konsep Islam yang terintegrasi di kampus-kampus berlabel islam, mestinya membangun paradigma baru tentang kajian yang menjadi kebutuhan masyarakat muslim, agar tidak ketergantungan dengan konsep-konsep yang digaungkan Barat,” terang Sohirin.

Kunjungan UMAM ke UMJ dalam rangka silturahmi dan sosialisasi kepada dosen FAI UMJ untuk melanjutkan pendidikan Prodi PhD di UMAM. Rektor UMAM Assoc. Prof. Ir. Dr. Waluyo Adi Siswanto hadir didampingi Wakil Rektor Dr. Dwi Santoso, dan Ketua Program PhD in Islamic Studies Assoc, Prof. Dr. Sohirin M Solihin, di Ruang Rapat Lantai 2 FAI.

Dekan FAI Dr. Sopa, M.Ag. dan jajarannya menyambut baik kedatangan UMAM. “Begitu ada kabar UMAM berkunjung ke sini (FAI UMJ), bagi kami ini sangat baik karena bisa menjalin kerja sama apalagi sesama Perguruan Tinggi Muhammadiyah. Pada dasarnya, kita tidak bisa sukses sendiri tetapi bisa karena menjalin kolaborasi, yang merupakan salah satu tuntutan penunjang akreditasi,” ujar Sopa.

Foto bersama di akhir kunjungan UMAM di Ruang Rapat Lantai 2 FAI, Rabu (30/11).

Sosialisasi diawali Waluyo Adi Siswanto dengan penyampaian singkat sejarah UMAM yang berdiri sejak tahun 2017, di Perlis, Malaysia. Ia mengatakan bahwa UMJ merupakan salah satu konsorsium yang terlibat. “Pada waktu itu Rektor UMJ Prof. Syaiful turut memberikan sumbangsih pendirian UMAM, yang sekarang dilanjuti oleh Pak Ma’mun,” tutur Waluyo.

Pendirian UMAM didasarkan untuk meningkatkan gelar S3 atau doktor bagi dosen di Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah. Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa UMAM memiliki 15 Prodi yang 5 di antaranya adalah Prodi PhD. “Tentunya FAI selaras dengan salah satu prodi yaitu PhD in Islamic Studies,” tambahnya. (QF/KSU)