Selasa, 14 Mei 2024
Sekolah Menengah Atas

Kerja Serius Gaji Bercanda, Kerja Bercanda Gaji Serius

Kerja Serius Gaji Bercanda, Kerja Bercanda Gaji Serius

Vinsensius Nurdin

Sman3borong.sch.id-Saya mendapat pesan yang membuat saya berpikir bahwasannya benar apa kata orang bahwa kadangkala apa yang kita pikirkan harus terjadi, tidak semestinya demikian. Apa sebab dari perubahan orientasi ini? Apa sebab dari perubahan cara kerja manusia pada umumnya? Inikah yang disebut penjungkurbalikan nilai sebagaimana pernah dikatakan Fredrik Nietzsche? Akankah pikiran saya benar ketika menghubungkan situasi kekinian dengan kata bijak Mundus vult decipi, ergo decipiamur/Dunia ingin ditipu, (jadi kita semua) biarlah ditipu?

Awal kisah pergulatan saya ini adalah peregangan otot kemapanan dalam kenyataan yang tidak dapat ditipu yakni kerja manusia yang dengannya dapat menghasilkan sesuatu untuk hidup. Tidak muluk-muluk, kita sepakati sesuatu itu adalag gaji/uang. Kita membanting tulang demi mendapatkan imbalan gaji. Kita bercucuran keringat demi  beberapa suapan sendok nasi yang dapat memberi kekuatan pada tubuh jasmani kita sehingga tetap dapat melanjutkan kehidupan. Setiap detik di bumi kita, semua manusia berlomba-lomba bergerak dalam irama kerja demi memeroleh sesuatu yang dapat menjamin keberlangsungan hidup. Kerja yang dijalankan manuisa dalam keanekaragaman cara pasti menuju kepada hakekat terpenuhinya kebutuhan sebagaimana tuntutan yang ada.

Reaksi yang lancang biasanya muncul ketika semua yang dilakukan dalam kerja dengan tuntutan peraturannya yang ketat tidak sesuai atau dalam nada memelas biasanya diucapkan sumpah serapah mengutuki keadaan. Reaksi yang wajar dari orang tertentu yang merasa dikhianati karena ketidaksesuaian hasil dari proses yang dilalui suka ataupun tidak suka telah meninggalkan titik hitam dalam menghidupi kehidupan. Sikap intoleran, acuh tak acuh biasanya menjadi tampang luar dari kemelut jiwa manusia yang dirongrong dari kedalaman dirinya. Dalam dunia kejiwaan/psikologi kadang menandaskan kenyataan ini dengan melampirkan data misalnya dunia kehidupan manusia dikuasai 80 % dunia bawah sadar dan hanya 20% di dunia alam sadar, dunia alam fisik. Dengan data ini daptlah kita menaksir bahwasannya kegagalan terbesar manusia adalah perhatian yang besar kepada dunia fisik yang hanya 20% dan alpa pada dunia non fisik/alam bawah sadar yang 80%. Siapa yang bertanggungjawab terhadap katakana saja kesalahan fatal perubahan caranya manusia memperlakukan dunia manusia pada umumnya?

Dengan latar belakang kegagalan ini, maka keharusan cara dalam mengoperasikan sarana demi hidup manusia bertindih tepat pada garis lurus tanpa mementingkan yang satu dan melalaikan yang lainnya. Sebagai kaum awam untuk dunia kejiwaan manusia, saya dan anda dituntun untuk membuat barisan dan menagih janji kepada para cendikia psikologi di negeri ini sehingga dengan niat yang luar biasa dapat memeroleh kebijaksanaan dari caranya memperlakukan manusia dalam keharmonisan cara dengan memertimbangkan keseimbangan dunia fisik/alam sadar dan dunia non fisik/ dunia alam bawah sadar.

Kontroversi kerja manusia dengan upah yang diterima menjadi perbincangan hangat para akademisi kelas dunia sebagaimana salah satunya dalam diskusi hangat Karl Marx beberapa dekade lalu. Penegasan demi penegasan yang diketengahkan para akademisi sebenarnya menggarisbawahi kenyataan yang umum terjadi pada mana kerja manusia yang tidak sesuai dengan nilai yang diterima. Nilai yang dimaksud di sini tidak dalam pengertian metafisik,meski hal itu juga penting tetapi dalam pengertian fisik. Dalam bahasa sederhananya adalah tuntutan keseimbangan kerja pada pengeluaran dan pemasukan. Penegeluaran energi fisik harus sesuai dengan pendapatan yang akan diperoleh. Kalkulasi nilai kerja yang tidak sesuai telah lama menghambakan cara berpikir manusia sehingga kadangkala hanya diselesaikan dalam perdebatan akademis semata dengan pertimbangan retorika yang tajam tanpa meleburkan paham yang nyata dalam kehidupan.

Menelisik kisah pra sejarah, ditemukan suatu sistem sederhana pemenuhan kebutuhan manusia dengan pengolahan/pemberdayaan alam pada tempat utama dan pemenuhan kebutuhan lain dalam skema barter. Pertukaran barang dengan barang telah meninggalkan jejak terpenuhinya kebutuhan manusia dalam lingkup yang sederhana dan telah diganti dengan pertukaaran dalam skema kerja dan uang. Peralihan cara pemenuhan ini membawaserta kemelut yang tidak berkesudahan karena sering dijumpai ketidaksesuaian dalam pertukaran yang terjadi. Kerja manusia tidak sesuai dengan nilai uang yang diperoleh.

Dalam perhelatan dunia modern alkisah kemelut ini telah diganjal dengan penetapan peraturan pemerintah dengan memproklamirkan ketentuan UPAH MINIMUM. Pemerintah dalam skala ini rupanya berpihak kepada kemelut kerja dan nilai upah yang diterima. Retorika dalam lingkaran politik UPAH MINIMUM ini telah menjadi perhatian unggulan dalam jangka waktu tertentu karena keberlakuannya tidak pernah sesuai dengan harapan yang ada. Regulasi UPAH MINIMUM menjadi terjemahan langsung dari pribahasa BAKAR AIR AMBIL ABUNYA. Mengapa demikian? Ada banyak perbenturan yang terjadi dari lingkaran setan retorika UPAH MINIMUM. Perbenturan demi perbenturan telah pula menghasilkan interpretasi yang sesukanya kepada pemilik modal yang mempekerjakan para upahan. Siapa yang berani memasang badan dalam roda api ini? Daripada terbakar, lebih baik biarkan saja berlangsung sebagaimana adanya. Hal inilah yang kurang lebih menjadikan kita hantu kepada peradaban kita sendiri. Terus bersembunyi di balik kemapanan palsu karena kita semua lebih nyaman mengenakan trend zaman SRIGALA BERBULU DOMBA.

Kerja serius gaji bercanda, kerja bercanda gaji serius adalah rangkaian dari pemadatan fakta kini yang dapat kita sebut sutu perubahan paradigma manusia. Kekuatiran yang mencuat menjadi kegelisahan massal ini menganaktanahkan situasi kepasrahan kita pada apa yang terjadi saat ini. Apakah ini suatu kemajuan atau kemunduran? Mari kita renungkan. Mari kita singsingkan lengan peradaban manusia untuk melihat kerapihan berbusana dalam peredaran zaman yang terus berubah. Ajakan saya yang menarasikan ini adalah pada perbandingan sederhana yang dapat kita temukan dalam kehidupan sosial kita. Sandingkan saja pendapatan seorang pekerja bangunan yang setiap hari menguras seluruh tenaga dan pikirannya dengan seorang pelawak yang sering berseliweran di dunia maya. Perbandingan yang akan kita dapatkan laksana langit dan sumur. Seorang pekerja hiburan memiliki pendapatan yang tidak akan pernah didapatkan dalam kerja para buruh pabrik bahkan seumur hidupnya. Kerja bercanda yang menghasilkan gelak tawa dalam riuhnya para penikmat lebih fantastis dibandingkan dengan seorang buruh pabrik yang sepanjang hari mengangkat beban berkilo-kilo. Seorang pekerja yang bekerja untuk sesuatu yang lucu dan pasti menghasilkan gelak tawa dari riuhnya penikmat hiburan membawa pulang hasil kerjanya dalam jumlah yang tidak terhingga dengan seorang pekerja serius yang menguras tenaga fisik membawa pulang hasil kerjanya dalam jumlah kecil, dalam hitungan yang tidak sampai ratusan ribu rupiah. Kalkulasi gaji dalam hitungan waktu antara seorang yang kerjanya bercanda dengan seseorang yang kerjanya serius akan menyesatkan jalan pikiran manusia normal. Betapa tidak, terbentanglah ruang yang tidak terjangkau antara keduanya. Kaum akademisi sering menamakan situasi ini dengan istilah teknis gap. Ada jurang pemisah yang sulit terjangkau antara keduanya. Jurang sosial ini terus mengangga lebar dan jebatan penghubung sangat sulit dibuat karena bahan dasarnya sulit ditemukan di persada bumi ini.

Kalau perbandingan ini terlalu jauh, kita coba saja menyediakan waktu untuk menemukan pendapatan seorang pelawak(kerja bercanda gaji serius) dan pendapatan seorang pegawai pemerintah atau pegawai swasta(kerja serius, gaji bercanda). Temuan yang akan kita dapatkan hemat saya akan menggarisbawahi kenyataan aneh yang sulit dipercaya. Daftar perbandingan pendapatan seseorang yang berkerja serius,gaji bercanda dengan pendapatan seseorang yang bekerja bercanda, gaji serius dapat terus dilanjutkan, tetapi kenyataannya tetap sama.

Menyoroti keadaan yang tetap sama ini mengundang kita semua untuk mengadakan sesi diskursus dalam perimbangan data dan skala serta perubahan orientasi zaman. Hal ini perlu dilakukan sehingga kita semua jangan sampai jatuh kepada sikap pesimis dan menghakimi. Dengan adanya diskursus akan menghantar kebuntuan kita kepada jalan yang sebenarnya. Perhatian dunia bisnis juaga tidak harus luput dari diskursus ilmiah yang mau kita pertimbangkan. Sejak awal saya telah menyodorkan salah satu kenyataan yang bagi kita semua agak telat untuk diingat yakni perhatian yang berlebihan pada sesuatu yang sifatnya fisik belaka. Saya dan anda tidak akan menganggap yang tampak/ atau yang sifatnya dapat diindrai sebagai sesuatu yang salah, atau sesuatu yang harus dihindari. Kesepakatan dalam dikusi kita terutama pada adanya perhatian yang seimbang antara yang fisik/ dunia sadar dan yang non fisik/dunia bawah sadar. Pengoperasian yang kuat berpengaruh dari statistik psikologi bahwa dunia bawah sadar 80% memainkan peran besar dalam keseluruhan pribadi manusia. Ketidakgubrisan pada dunia bawah sadar ini diyakini menjadi biang keladi bertumbuhnya kehidupan manusia. Perimbangan antara yang fisik dan non fisik dengan pasti menciptakan manusia yang kokoh dan bermartabat.

Dengan bersarangnya kenyataan dari dunia psikologi inilah yang menjadikan kita berpikir praktis bahwasannya kerja bercanda yang mengharmoniskan dunia bawah sadar dalam bentuk perubahan fisik seperti tertawa tidaklah salah sama sekali. Usaha dalam kerja bercanda dari para pelawak yang mebangkitkan dunia bawah sadar manusia, sadar ataupun tidak telah menjadi kekuatan awal yang meregangkan otot alam bawah sadar manusia. Mengaktifkan alam bawah sadar dalam bentuk perubahan psikolgi-fisik manusia akan menjamin salah satu bentuk usaha keharmonisan manusia.  Tingkah lucu dari para pelawak yang memberi reaksi kepada para penonton disinyalir dapat membangunkan keterlelapan dunia bawah sadar manusia. Inilah yang mungkin menyebabkan betapa mahalnya seorang yang kerjanya bercanda. Inilah mungkin sebabnya betapa berharhanya seorang yang kerjanya bercanda, karena dapat mebangunkan dunia alam bawah sadar manusia yang pengoperasinya 80% dalam hidup manusia.

Semua pemaparan dalam bentuk narasi ini bukanlah kata akhir dati kenyataan yang ada saat ini. Diperlukan penelusuran menyeluruh sehingga kita sendiri dapat menghindar dari jebakan massal dalam caranya kita berpikir dan bertindak. Ini juga menjadi undangan bagi kita semua untuk mengaktifkan dunia bawah sadar kita dan tidak hanya fokus pada apa yang tampak di dipandang mata. Saya juga tidak pernah menyarankan untuk mengganti profesi kita saat ini. Karena tergiur dengan profesi pelawak yang kerjanya bercanda dengan gaji serius, maka haruskah kita mengganti kerja kita saat ini demi sesuatu yang menjanjikan itu(jadi pelawak). Perambahan dalam bentuk narasi ini adalah salah satu tanggung jawab kita sebagai makhluk rasional untuk memperlakukan apa saja yang ada dalam perimbangan. Nasehat bijaknya adalah jangan sampai demi nilai uang kita mengamini pernyataan Karl Marx dalam ulasannya yakni uang adalah pelacur umum yang membuat orang-orang berdamai bermusuhan dan orang-orang yang bermusuhan berdamai. Kita semua membutuhkan uang, tetapi jangan sampai karena uang kita menghalalkan segala cara untuk mendaptkannya. Amit-amit jambang bayi. Deú-deú, tadang-tadang,