Rabu, 15 Mei 2024
Perguruan Tinggi

Rantai Pasok Sirkular Wujudkan Agribisnis Berkelanjutan

Rantai Pasok Sirkular Wujudkan Agribisnis Berkelanjutan

[Kanal Media Unpad] Pengembangan rantai pasok agribisnis sirkular dapat meminimalisasi kehilangan hasil dan memaksimalkan penggunaan limbah pertanian. Hal ini dapat menjadi jawaban dari tantangan agribisnis yang berkelanjutan, tangguh, dan inklusif.

“Untuk mengatasi berbagai isu terkait dengan ketangguhan, keberlanjutan dan inkusivitas, diperlukan suatu pendekatan pembangunan sistem pangan yang bersifat holistik,” kata Guru Besar dalam Bidang Ilmu Agribisnis pada Fakultas Pertanian Unpad Prof. Dr. Tomy Perdana, S.P., M.M., saat membacakan Orasi Ilmiah dalam Upacara Pengukuhan Guru Besar yang dilaksanakan di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad, Jalan Dipati Ukur No. 35, Bandung, September (26/9/2023).

Pada kesempatan tersebut, Prof. Tomy membacakan orasi ilmiah berjudul “Membangun Agribisnis yang Berkelanjutan, Tangguh dan Inklusif Melalui Pengembangan Rantai Pasok Sirkular”.

Sejak tahun 2009, Prof. Tomy mengembangkan Kelompok Riset Sistem Rantai Pasok dan Logistik Pertanian (Agrilocs) Faperta Unpad yang secara sistematis melakukan berbagai riset dasar dan terapan dalam membangun suatu sistem agribisnis yang berkelanjutan, tangguh dan inklusif melalui pengembangan rantai pasok agribisnis. Saat ini, Agrilocs melakukan pengembangan rantai pasok agribisnis sirkular.

Prof. Tomy menjelaskan, rantai pasok sirkular merupakan aplikasi ekonomi sirkular pada rantai pasok agribisnis. Pada konsep ekonomi sirkular diterapkan lima prinsip, yaitu reduce, reuse, recycle, recovery, dan repair. Dengan konsep tersebut, diharapkan manusia dapat lebih bijak terhadap sampah atau limbah.

Menurut Prof. Tomy, langkah awal dalam melakukan implementasi ekonomi sirkular pada rantai pasok pertanian yaitu menghubungkan proses produksi (mulai dari perencanaan) dan permintaan pasar (terkait kualitas, kuantitas, dan waktu pengiriman) dengan tujuan untuk meminimalisir surplus dan menghindari produk yang tidak diinginkan pasar (waste elimination).

“Maka dari itu, pada pengembangan ekonomi sirkular rantai pasok pertanian, perlu memahami cascading orientation produk, kemudian, mengubah produk menjadi turunannya untuk memperoleh nilai tambah,” ujar Prof. Tomy.

Prof. Tomy pun menekankan, untuk mewujudkan ekonomi sirkular pada rantai pasok pertanian, hal yang paling mendasar adalah membangun kesadaran dan komitmen seluruh pelaku rantai pasok pertanian.

“Selain berkaitan dengan pelestarian lingkungan, efisiensi energi, pengembangan ilmu pada lingkup biologi tanaman, hal terpenting lainnya yaitu pengembangan perspektif tata kelola ekonomi sirkular pada rantai pasok pertanian,” ujar Prof. Tomy.

Tata kelola penerapan ekonomi sirkular pada rantai pasok pertanian diharapkan dapat mendukung kelestarian lingkungan melalui berbagai partisipasi dan kolaborasi dari seluruh aktor rantai pasok pertanian, mulai dari produsen, distributor, pasar, dan konsumen.

Salah satu penerapan model ekonomi sirkular yang Prof. Tomy dan tim kembangkan adalah mengintegrasikan antara tanaman dan hewan pada suatu teritoraril. Hasil analisis menunjukan

bahwa penerapan ekonomi sirkular dengan pelibatan petani kecil memerlukan koordinasi yang baik antar aktor sepanjang rantai pasok pertanian.

Pada model yang dibangun, diintegrasikan rantai pasok sayuran dengan rantai pasok susu sapi. Dari hasil penelitian terlihat bahwa ketika adanya pelibatan organisasi tani, seperti kelompok tani, Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), ataupun koperasi susu, kehilangan hasil akan semakin kecil.

Selain itu, pelibatan organisasi tani juga akan membuat sistem produksi, pasca panen, dan pendistribusian dapat dilakukan lebih terkontrol. Penggunaan alat dan mesin juga akan lebih sesuai dengan karakteristik produk.

“Adanya koordinasi pada seluruh aktor rantai pasok pangan terbukti dapat meningkatkan kinerja para aktor dalam memenuhi kebutuhan pasar,” ujar Prof. Tomy. (arm)*