Sabtu, 27 April 2024
Perguruan Tinggi

Peringati Nuzulul Qur’an, Sekjend MUI Ajak Umat Muslim Perkuat 5T

Peringati Nuzulul Qur’an, Sekjend MUI Ajak Umat Muslim Perkuat 5T

Sebagai umat muslim, sudah sepatutnya menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dengan melewati beberapa tahapan dari membaca hingga memahami. Akan tetapi kenyataannya muslim di Indonesia belum sepenuhnya dapat membaca Al-Qur’an dengan benar.

Baca juga : Rektor UMJ: Kita Harus Miliki Mentalitas Unggul

Hal itu menjadi salah satu yang disorot oleh Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Dr. Amirsyah Tambunan, M.Ag., saat ceramah di acara peringatan Nuzulul Qur’an di Masjid At-Taqwa Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Rabu (27/03/2024).

Dalam momen nuzulul qur’an itu, Amirsyah merasa prihatin realitas muslim di Indonesia yang belum sepenuhnya memahami Al-Qur’an. Oleh karenanya, Amirsyah mengajak jamaah yang merupakan civitas academica UMJ dan warga di lingkungan kampus untuk memperkuat 5T dalam kehidupan.

Pertama, tahsin yang berarti membaca Al-Qur’an yang baik dan benar. Umat muslim kerap melakukan kesalahan dalam membaca Al-Qur’an baik dari segi makhrojul huruf (pelafalan huruf). Hal itu dijelaskan Amirsyah sebagai kesalahan fatal karena dapat mengarah pada arti atau makna ayat yang keliru.

Kedua, tahfiz yang berarti menghafal Al-Qur’an. “Tahapan kedua setelah tahsin adalah tahfiz. Ketika salat, hendaknya kita membaca banyak ayat Al-Qur’an yang jumlahnya 114 surat sehingga tidak selalu membaca Al-Ikhlas,” kata Amirsyah yang juga aktif sebagai dosen UMJ.

Ketiga, tafsir yang berarti menerjemahkan dan menafsirkan ayat Al-Qur’an. Setelah menghafal, hendaknya umat muslim mengetahui arti dan makna dari setiap ayat yang dibaca agar dapat lebih mudah memahami.

Keempat, tadabur yang berarti merenungi ayat Al-Qur’an. “Banyak profesor dan doktor orientalis (orang di luar muslim yang mempelajari Al-Qur’an) sangat memahami ayat Al-Qur’an. Sayangnya, muslim di Indonesia banyak yang meninggalkan, bahkan tidak mengerti dan menjauhkan diri dari Al-Qur’an,” ujarnya.

Dalam QS. Al-Baqarah ayat 185 dijelaskan bahwa Al-Qur’an yang diturunkan pada bulan Ramadan berisi petunjuk dan juga sebagai pembeda. “Al-Qur’an menjadi pembeda antara haq dan bathil. Andai tidak ada, maka manusia di permukaan bumi tidak bisa membedakan itu,” pungkasnya.

Kondisi sebelum Al-Qur’an diturunkan menunjukkan betapa manusia tidak dapat membedakan haq dan batil. Misalnya saja pada zaman jahiliyah, manusia kerap membunuh anak perempuan yang lahir karena merasa khawatir ketika anak perempuan tumbuh dan besar menjadi sumber kejahatan dunia.

Oleh karenanya, mentadaburi Al-Qur’an menjadi penting agar umat manusia mendapat informasi dan pelajaran berharga. Amirsyah mengingatkan bahwa tidak ada kitab suci yang mengandung informasi dan pelajaran secara utuh selain Al-Qur’an.

Allah pun telah menjamin otentisitas Al-Qur’an sebagaimana dijelaskan dalam QS Al-Hijr ayat 8. Pada ayat tersebut, Allah mengatakan “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”

Tahap kelima ialah tafakur dan tafahum yang berarti berpikir dan memahami. “Ayat-ayat Al-Qur’an itu harus dipikirkan dan dipahami. Ketika memahami isi Al-Qur’an akan lebih mudah mengimplementasinya,” tutur Amirsyah.

Pada malam itu, Amirsyah mengajak jamaah untuk senantiasa memperkuat 5 T agar mendapatkan banyak manfaat dari Al-Qur’an sebagai pengajaran, obat, dan petunjuk serta nilai tambah yang diberikan Allah dalam bentuk kasih sayang.

“Khusus orang beriman Allah berikan added value, berbeda dengan orientalis yang mempelajari Al-Qur’an hanya mendapatkan pelajaran atau ilmu saja,” katanya menutup ceramah.

Peringatan Nuzulul Qur’an merupakan rangkaian acara dari Tasyakuran, Pembagian Sembako dan Buka Puasa Bersama yang merupakan program rutin tahunan dari Lembaga Pengkajian dan Penerapan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (LPP AIK) UMJ.

Editor : Dian Fauzalia