POLITIK AMATIRAN-CORETAN KEGUNDAHAN PRA PEMILIHAN PEMIMPIN
Vinsensius Nurdin Dalam bingkai global kita harus mengakui bahwa segala sesuatu yang terjadi hari ini dalam urusan pemerintahan tidak pernah luput dari dinamika manusia yang berpolitik. Ini juga menjadi penanda akan jurang pemisah antara pemikiran klasik tentang pengorganisasian manusia di bawah satu tanggung jawab seorang figur yang didewakan. Pemimpin adalah reperesentasi dari seorang dewa. Paham kepemimpinan ini akhirnya menetaskan cara berpikir yang mengutamakan kebahagiaan yang dianugerahkan oleh para dewa. Konsep kebahagiaan yang dalam bahasa Yunani eudaimonia terbentuk dari dua kata yakni eu yang berarti kesejahteraan/kebahagiaan dan daimones yang berarti para dewa. [1]Tujuan hidup manusia adalah kebahagiaan dilihat sebagai anugerah para dewa kepada manusia. Hal ini juga diakibatkan oleh mitos dalam ruang kepercayaan klasik yang menempatkan seluruh eksistensi manusia yang tergantung kepada adanya kekuatan lain di luar diri manusia sendiri, Sehingga representasi dewa dalam diri seorang pemimpin berakibat kepada cara orang-orang melihat dan mengalami kepemimpinan sesorang. Himpunan manusia dalam organisasi klasik lebih didasarkan pada adanya potensi khusus seseorang yang tidak dimiliki oleh pribadi lainnya. Potensi khusus itu misalkan saja adalah kemampuan metafisik/supranatural berkomunikasi dengan seorang figur dewa yang tidak kelihatan. Kepercayaan yang telah mengakar ini diantaranya seseorang yang memiliki hak memerintah merupakan takdir ilahi untuk menjadi pemimpin masyarakat yang berasal dari […]