Selasa, 30 April 2024
Perguruan Tinggi

Guru Besar FKG dan FPIK Sampaikan Orasi Ilmiah

Guru Besar FKG dan FPIK Sampaikan Orasi Ilmiah

Laporan oleh Artanti Hendriyana dan Sulthan Adam Wizarddinan Hariono

[Kanal Media Unpad] Sebanyak dua Guru Besar Universitas Padjadjaran resmi menjalani Upacara Pengukuhan dan Orasi Ilmiah Jabatan Guru Besar sesi 5 yang digelar di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad Kampus Iwa Koesoemasoemantri, Bandung, Kamis (09/03/2023) pagi.

Adapun dua guru besar yang dikukuhkan pada sesi 5 adalah Prof. Dr. Irna Sufiawati, drg., Sp. PM., Subsp. Inf (K) dalam Bidang Ilmu Penyakit Mulut pada Fakultas Kedokteran Gigi dan Prof. Dr. Rita Rostika, M.P. dalam Bidang Akuakultur pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.

Pada kesempatan tersebut, Prof. Irna Sufiawati membacakan orasi ilmiah berjudul “Emerging Infectious Diseases dalam Perspektif Ilmu Penyakit Mulut (Oral Medicine) Dahulu, Kini, dan Masa Depan”. Ia menjelaskan pentingnya ilmu spesialisasi penyakit mulut, sejak dulu, kini, dan dimasa depan nanti.

Prof. Irna menjelaskan, Emerging infectious diseases (EIDs) atau penyakit infeksi emerging (PIE) adalah penyakit yang dikenali pada manusia dan menyerang suatu populasi untuk pertama kalinya; atau penyakit lama yang telah ada sebelumnya tetapi meningkat dengan sangat cepat dalam beberapa dekade terakhir (re-emerging infectious disease), atau peningkatan resistensi agen infeksius terhadap zat antimikroba.

Lebih lanjut Prof. Irna menjelaskan bahwa ilmu penyakit mulut mengintegrasikan antara Ilmu Kedokteran dengan Kedokteran Gigi untuk mencapai kesehatan tubuh yang optimal. Penyakit infeksi emerging yang mendapat perhatian di bidang Ilmu Penyakit Mulut di antaranya adalah infeksi HIV/AIDS, dan Covid-19 sejak 3 tahun terakhir ini.

Menurut Prof. Irna, penyakit infeksi emerging dari waktu ke waktu terus menjadi masalah kesehatan global. Meski demikian, kontribusi sains dan solidaritas global dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit penyakit infeksi emerging ini telah menyelamatkan jutaan nyawa manusia.

Prof. Irna menilai bahwa ilmu Penyakit Mulut memiliki peran sentral baik dalam aspek pendidikan, penelitian, dan praktik klinis.

“Melihat perkembangan Ilmu Penyakit Mulut selama hampir 80 tahun di dunia dan 20 tahun di Indonesia, saatnya untuk menyelaraskan secara strategis masa depan Ilmu penyakit Mulut yang kolaboratif antara lembaga pendidikan dan kesehatan, organisasi profesi, masyarakat, serta lembaga terkait lainnya, baik skala nasional maupun internasional,” ujar Prof. Irna.

Selain itu, Prof. Irna berpendapat bahwa kepakaran Ilmu Penyakit Mulut sudah seharusnya terus ditingkatkan. Salah satunya berfokus pada penyakit infeksi. Pengakuan kepakaran ini akan menjadi langkah penting untuk meningkatkan layanan kesehatan masyarakat di era penyakit infeksi emerging saat ini dan di masa depan.

Orasi Ilmiah selanjutnya dibacakan oleh Prof. Rita Rostika dengan judul “Marikultur di Indonesia: Capaian Ketahanan Pangan”.

Prof Rita menyebutkan, Indonesia memiliki peningkatan yang cukup signifikan dalam urutan negara penghasil ikan terbesar di dunia dan hal ini tidak lepas dari peranan  seluruh stakeholder sektor perikanan dan kelautan.

Ia menjelaskan, salah satu dari enam strategi peningkatan produksi perikanan budi daya adalah pengembangan komoditas unggulan yang ditetapkan. Komoditas unggulan memiliki beberapa kriteria antara lain bernilai ekonomis tinggi, teknologi budi daya yang dapat diterapkan telah tersedia, permintaan pasar yang tinggi baik lokal maupun luar negeri, serta dapat dibudidayakan dan dikembangkan secara massal.

Ada sembilan komoditas budi daya unggulan yang dikembangkan di perairan darat, payau dan laut, yakni udang (genus Penaeus sp., rumput laut (berbagai genus), nila (genus tilapia  sp), lele (genus clarias sp), patin (genus Pangasius sp), gurami (genus Osphronemus sp), kerapu (genus Epinephelus sp), kakap putih (genus Lates sp) bandeng (genus Chanos sp), serta ikan lainnya.

Di samping sepuluh komoditas unggulan tersebut, pengembangan komoditas lainnya yang potensial dan spesifik daerah tetap dikembangkan.  Upaya ini dilakukan dalam rangka meningkatkan penerimaan devisa negara, pemenuhan konsumsi di dalam negeri dan  peningkatan pendapatan masyarakat, yang bermuara kepada ketahanan pangan nasional.

 “Harapan terhadap stakeholder termasuk pemerintah saat ini adalah terwujudnya sejumlah program yang berhubungan dengan dukungan atau dorongan agar marikultur ini betul-betul dapat maju, dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat akuakultur dan ketahanan pangan negara maritim ini, semoga program ini berjalan dengan baik dan lancar, dan cita-cita bersama marikultur dapat menjadi sumber kemajuan penggerak roda perekonomiam bangsa segera terwujud,” ujar Prof. Rita.(arm)*