Sabtu, 27 April 2024
Perguruan Tinggi

UPH Film Festival 2024 “Urbanity”, Soroti Dinamika Kehidupan Masyarakat Urban di Indonesia lewat Film

UPH Film Festival 2024 “Urbanity”, Soroti Dinamika Kehidupan Masyarakat Urban di Indonesia lewat Film

Sorry, this entry is only available in Indonesian.

Universitas Pelita Harapan (UPH) senantiasa memotivasi generasi muda untuk terus memaksimalkan potensi dan berani berkarya. Komitmen ini diwujudkan melalui hadirnya beragam kegiatan yang bermanfaat. Salah satunya, melalui acara UPH Film Festival (UFF) 2024 yang diadakan Program Studi (Prodi) Desain Komunikasi Visual (DKV) UPH pada 23 Maret 2024 di Studio XXI AEON Mall BSD City, Tangerang. Dengan mengusung tema Urbanity, UFF yang ke-7 ini memberikan wadah bagi mahasiswa untuk merayakan keberagaman budaya, mempromosikan persatuan dalam perbedaan, dan menyoroti kearifan lokal yang dikemas dalam bentuk film. 

Selain menjadi ruang berkreasi, UFF juga menjadi momentum untuk mengapresiasi kerja keras para mahasiswa. Dalam acara tahunan ini, sebanyak 22 film pendek karya mahasiswa hingga alumni peminatan Sinematografi Prodi DKV UPH angkatan 2018-2022 ditayangkan. Karya tersebut terbagi menjadi 12 film kategori fiksi dan dokumenter, serta 10 film kategori animasi. Karya mereka dinikmati lebih dari 200 audiens yang terdiri dari mahasiswa UPH, alumni UPH, publik; hingga beberapa instansi lain seperti Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI), SMAN 2 Kota Tangerang Selatan, dan PKBM Ki Hajar Dewantara. 

Mengapresiasi kegiatan ini, Dr. Martin Luqman Katoppo, S.T., M.T selaku Dekan Fakultas Desain UPH menyampaikan bahwa seluruh film yang ditayangkan pada UFF 2024 mengangkat kisah-kisah tentang dinamika perkotaan atau masyarakat urban di Indonesia; mulai dari aspek tantangan sosial, budaya, hingga ekonomi. Ia kemudian mencontohkan salah satu film dengan judul ‘Dipethuk’ yang menceritakan tentang pernikahan anak di bawah umur dan hubungan kekeluargaan antara seorang pekerja rumah tangga (PRT) dengan majikan.  

“Film ini mengedepankan key values dari Prodi Desain Komunikasi Visual UPH, yaitu desain sebagai narasi dan desainer sebagai penuturnya. Hal ini selaras dengan salah satu key value dari Fakultas Desain UPH untuk terus berinovasi dalam menghadirkan perubahan sosial yang berdampak bagi masyarakat,” kata Dr. Martin. 

Baptista Anton, S.Sn., M.Ikom selaku Dosen Sinematografi UPH sekaligus Dosen Penanggung Jawab UFF 2024 mengemukakan bahwa acara tersebut juga menjadi salah satu ajang untuk menunjukkan berbagai karya mahasiswa DKV UPH kepada masyarakat luas.  

Ia mengatakan, “Harapannya film-film atau karya-karya dari mahasiswa DKV UPH itu bisa dikenal oleh masyarakat dan pada akhirnya akan menjadi berkat buat orang-orang yang menikmatinya. Jadi setelah menyaksikan karya-karya mereka, penonton itu pulang membawa sesuatu yang lebih memberkahi dirinya. Selain itu, acara ini juga menjadi tempat untuk menjalin kerja sama dan networking, baik dengan kampus-kampus lain, Direktorat Jenderal Kemendikbudristek, serta para profesional.” 

Hal serupa juga disampaikan oleh Stephanie Ong selaku Ketua Acara UFF 2024. Ia menjelaskan, Urbanity sebagai tema UFF 2024 menjadi salah satu cara untuk mengeksplorasi realitas kehidupan di era modern saat melalui karya film. 

“Selain bisa mengenal banyak orang yang memiliki minat yang sama di dunia perfilman, saya juga ingin memberikan dampak kepada publik bahwa kita (mahasiswa DKV UPH) bisa mempelajari visual dari perfilman. Lewat UFF, saya juga ingin menunjukkan bahwa UPH memiliki jurusan perfilman yang bisa bersaing dan diperhitungkan,” ucap mahasiswi DKV UPH angkatan 2021 ini.  

Talk Show 

Selain screening film karya mahasiswa, UFF tahun ini juga mengadakan talk show dengan mengundang dua sutradara muda dan penulis skenario asal Indonesia, yakni Raphael Wregas Bhanuteja dan Inarah Syarafina Omar Joesoef. Keduanya membagikan pengalaman tentang cara mencari inspirasi atau ide cerita perfilman yang bisa didapatkan dari realitas kehidupan di sekitar. 

Dalam perjalanan kariernya, Wregas telah menghasilkan banyak karya film pendek hingga film panjang, mulai dari Lemantun (2014), Lembusura (2015), Prenjak (2016), Penyalin Cahaya (2021), dan Budi Pekerti (2023). Dalam menggali ide cerita, Wregas memiliki kebiasaan mencatat setiap fenomena-fenomena menarik yang dilihatnya dengan cara merekamnya kembali menggunakan voice note. Rekaman tersebut kemudian ia simpan ke sebuah grup WhatsApp yang hanya diisi oleh dirinya sendiri. Setiap kejadian menarik yang dicatatnya tersebut, kata Wregas, secara tidak langsung memantik sebuah inspirasi. Hal ini tercermin dalam Prenjak, film pendek yang ia buat pada 2016 lalu. 

“Film ini tentang seorang perempuan di Yogyakarta yang menjual korek api sebatangnya Rp10.000, tetapi si pembeli bisa melihat bagian tubuh dari si perempuan itu menggunakan korek api. Cerita-cerita seperti ini hanya bisa ditemukan dari obrolan-obrolan dengan orang yang tinggal di situ,” ucap Wregas. 

Sama halnya dengan Wregas, Inarah memandang bahwa isu sosial maupun pribadi juga bisa diasah menjadi sebuah karya film. Alumni DKV UPH angkatan 2016 ini sudah menghasilkan beragam karya film sejak masih duduk di bangku kuliah, mulai dari Passampo Siri (2020), Hari Ini Kenapa, Naira? (2021), Cinta di Balik Awan (2022), Langkah Renjana (2023), dan kini menyutradarai Temurun (2024). 

Inarah mencontohkan, salah satu inspirasi cerita yang dilihat berdasarkan realita kehidupan ialah film Passampo Siri. Film itu terinspirasi dari berita di sosial media tentang maraknya kekerasan seksual dalam rumah tangga di Sulawesi Selatan.  

“Budaya dan lingkungan kita itu selalu menjadi inspirasi untuk berkarya. Saya berusaha untuk selalu peka dan melihat sekeliling maupun budaya orang lain. Hal ini biasanya bisa memantik saya untuk mendapatkan ide-ide baru” ucap Inarah.  

Lebih lanjut, Inarah menambahkan bahwa pendidikan di DKV UPH memainkan peran penting dalam perkembangan kariernya saat ini. “Di UPH, saya tidak hanya belajar tentang film. Sejak tahun pertama, kami belajar tentang seni secara menyeluruh, termasuk desain grafis, gambar, dan berbagai aspek lain di luar bidang film. Hal ini membuat saya merasa lebih mampu dalam menganalisis visual, dan menurut saya, ini telah meningkatkan wawasan saya dalam berkarya,” katanya. 

Melalui UFF, UPH memberikan ruang kreatif kepada mahasiswa untuk mengekspresikan ide dan konsep mereka dalam film. Tentunya sebagai institusi pendidikan, UPH senantiasa mendukung dan memfasilitasi mahasiswa untuk dapat memaksimalkan potensi dan meraih pencapaian terbaik. Lebih dari itu, UPH mendorong mahasiswa dan alumni untuk membawa perubahan dan berdampak bagi sekitar melalui karya yang dihasilkan. Bersama UPH, mahasiswa siap menjalani transformasi menjadi pemimpin masa depan dan berdampak melalui bidang keahlian yang dimiliki. 

 

Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV) UPH    

Di bawah naungan Fakultas Desain, DKV UPH membekali mahasiswa dengan pemahaman bahasa visual sebagai sarana komunikasi dan solusi terhadap permasalahan desain. DKV UPH juga menyediakan empat bidang peminatan yang relevan dengan kebutuhan industri, yaitu Desain Grafis, Desain Animasi, Sinematografi, dan Ilustrasi. UPH berkomitmen untuk menghasilkan lulusan Jurusan DKV yang kompeten, unggul, dan mampu berkontribusi secara nyata di lingkungan pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat.