Sabtu, 04 Mei 2024
Perguruan Tinggi

Hadapi Kelangkaan, Perairan Umum Daratan Perlu Dikelola dengan Baik

[Kanal Media Unpad] Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Padjadjaran Prof. Zahidah mengatakan bahwa perairan umum daratan memiliki kepentingan yang tidak dapat diabaikan, karena harus mencukupi untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia.

Prof. Zahidah mengatakan, permasalahan yang terjadi pada perairan umum darat adalah sesuatu yang bersifat global. Pada 2022, International Institute for Environmental and Development telah memprediksi akan terjadinya kelangkaan air, baik yang bersifat fisik maupun ekonomi. Saat ini di berbagai negara di dunia sudah mulai mengalami kelangkaan ini.

Dikatakan Prof. Zahidah, Indonesia sudah mengalami kelangkaan air yang bermakna ekonomi. Untuk itu, perlu pengelolaan dengan lebih baik.

“Kelangkaan air adalah salah satu hal yang perlu kita selesaikan atau perlu kita hadapi bersama,” kata Prof. Zahidah saat menjadi narasumber dalam diskusi Satu Jam Berbincang Ilmu yang digelar Dewan Profesor Unpad secara daring, Sabtu (30/3/2024).

Pengelolaan perairan darat yang sehat pun menjadi salah satu upaya untuk merealisasikan tercapainya SDGs keenam. Perairan darat yang sehat, diawali dengan kondisi DAS yang sehat, yang ditujukan untuk keberlanjutan ketersediaan air, peningkatan kualitas air, terkendalinya erosi/sedimentasi, pelestarian keanekaragaman hayati, hingga kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, perlu dicapai ketahanan air.

“Ketahanan air ini tercipta jika ketersediaan air itu baik secara kualitas maupun kuantitas sesuai,” ujar Prof. Zahidah.

Unpad pun memiliki Pola Ilmiah Pokok “Bina Mulia Hukum dan Lingkungan Hidup dalam Pembangunan Nasional”. Prof. Zuhaidah mengatakan bahwa revitalisasi dan reorientasi perairan umum daratan untuk perikanan berkelanjutan adalah salah satu upaya untuk mewujudkan PIP Unpad tersebut.

Sejumlah peneliti Unpad, termasuk dari program studi Perikanan FPIK Unpad  melakukan riset-riset dengan harapan agar kegiatan perikanan di perairan umum daratan tersebut tidak semakin menurun kondisinya.

“Maka perlu dilakukan berbagai riset agar kita tetap bisa mendapatkan manfaat dari perairan umum daratan untuk perikanan, tetapi tentu saja masalah yang ditimbulkannya menjadi semakin sedikit,” kata Prof. Zahidah.

Pada kesempatan tersebut, ia pun menyampaikan ada sejumlah permasalahan dan tantangan yang terjadi di perairan umum daratan yang perlu diselesaikan bersama-sama. Secara kuantitas, ada masalah banjir pada saat hujan dan air surut saat kemarau panjang.

Selain itu, terjadinya penurunan kualitas air yang disebabkan karena pencemaran lingkungan perairan, sedimentasi, eutrofikasi, pertumbuhan gulma dan alga berbahaya, pertumbuhan eceng gondok, dan tidak terkendalinya keramba jaring apung.

Permasalahan yang terjadi di perairan umum daratan juga kehilangan ikan asli/ikan lokal. Prof. Zahidah menjelaskan bahwa pembendungan sungai menjadi waduk dapat menghilangkan kesempatan dari ikan asli/lokal  untuk menuntaskan seluruh siklus hidupnya.

“Sehingga ini yang kita sebut sebagai berkurangnya atau menurunnya keanekaragaman hayati,” kata Prof. Zahidah.

Permasalahan dan tantangan juga terkait spesies invasif, perlunya pengendalian usaha budi daya ikan dalam keramba jaring apung, dan munculnya fenomena kematian ikan massal.

“Keramba jaring apung ini di satu sisi menguntungkan secara ekonomi, tapi di sisi lain ada timbul masalah terhadap lingkungannya yang dalam kondisi-kondisi tertentu itu juga bisa merugikan bidang perikanan itu sendiri,” kata Prof. Zahidah.

Terkait pengelolaan sumber daya ikan, Prof. Zahidah melihat adanya permasalahan, seperti terjadinya penurunan hasil tangkapan, penurunan pendapatan nelayan, penurunan kualitas air, dan pencemaran, dan belum bagusnya kelembagaan kelompok.

Prof. Zahidah pun menjelaskan konsep dan strategi yang dapat dilakukan terkait perikanan tangkap di perairan umum daratan, yaitu peningkatan efektivitas koordinasi di antara multisektor yang sama-sama berkepentingan, perlu dilakukan kolaborasi pada lingkup yang lebih luas, dan perlu dilakukan co-management yang intensif.

Selain itu, dapat juga dilakukan upaya restocking ikan asli ikan sungai, pengembangan suaka untuk mengatasi kelangkaan, perlu dilakukan penguatan kelembagaan pengelolaan perikanan, dan perlunya monitoring kualitas air dan hasil tangkapan serta dilakukan evaluasi pengelolaannya. (arm)*