Sabtu, 27 April 2024
Perguruan Tinggi

Pemberian ASI Eksklusif Berikan Manfaat Ekonomi yang Besar

Pemberian ASI Eksklusif Berikan Manfaat Ekonomi yang Besar

[Kanal Media Unpad] Air susu ibu atau ASI bukan hanya memberi manfaat kesehatan bagi bayi dan ibu, tetapi juga memberi manfaat secara ekonomi. Namun, belum banyak masyarakat yang menyadari pemberian ASI eksklusif dapat menghasilkan manfaat ekonomi yang sangat besar.

Untuk itu, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unpad Dr. Adiatma YM Siregar beserta tim membuat penelitian terkait manfaat yang diperoleh dari ASI secara ekonomi.

“ASI kan secara manfaat mungkin orang sudah banyak mengetahui bahwa ASI itu bagus untuk kesehatan, untuk masa depan anak dan seterusnya, tapi mungkin yang menerjemahkannya ke dalam hitungan-hitungan ilmu ekonomi mungkin masih agak jarang,” kata Adiatma dalam HardTalk yang disiarkan secara daring di kanal YouTube Unpad.

Adiatma menjelaskan, ia dan tim membuat estimasi anggaran yang harus dikeluarkan, mengenai masalah kesehatan, kognitif, hingga produktivitas di masa depan yang dikaitkan dengan pemberian ASI saat bayi. Hasilnya kemudian dibandingkan antara anak yang diberi ASI secara optimal dengan yang tidak.

Hasilnya, diketahui pemberian ASI yang tidak optimal memberi dampak ekonomi sangat besar. Misalnya, dari masalah pernafasan dan diare dapat membawa dampak hingga Rp 1,6 T per tahun. Sementara dari masalah kognitif, dapat membawa dampak hingga Rp 18 T per tahun.

Penelitian lain, dengan diketahuinya berbagai permasalahan kesehatan dan kognitif, hingga dikaitkan dengan penyakit bawaan, hasilnya bisa mencapai hingga 77 T per tahun.

“Tapi masalahnya ada satu hal lagi yang kita enggak boleh lupa. Itu kan baru hitung-hitungan ekonomi ada satu hitungan lagi yang enggak kami uangkan, ialah kematian,” kata Adiatma.

Dikatakan Adiatma, diperkirakan ada 7000 kematian ibu dan anak setiap tahun akibat permasalahan kesehatan karena pemberian ASI yang tidak optimal, seperti gangguan pernafasan, diare, dan kanker payudara pada ibu.

Menurut Adiatma, ada beberapa faktor yang menyebabkan pemberian ASI yang tidak optimal, seperti kurangnya pemahaman ibu dan lingkungannya terhadap manfaat ASI dan minimnya dukungan dari lingkungan terhadap ibu menyusui.

Adiatma dan tim pun membuat beberapa simuliasi untuk mengatasi permasalahan tersebut, seperti penambahan cuti melahirkan bagi ibu bekerja hingga enam bulan dan penambahan ruang laktasi.

Selain itu, dari sisi perusahaan, Adiatma juga berencana akan meneliti apa dampak bagi perusahaan yang menerapkan cuti melahirkan selama 6 bulan, serta tingkat produktvitas dari perempuan jika perusahaan mebnerapkan peraturan cuti melahirkan selama 6 bulan.

Belum Terlambat

Adiatma pun mengingatkan bagi para ibu untuk tidak pernah menyerah. Jika proses Inisiasi Menyusu Dini terlewatkan pun jangan langsung menyerah untuk memberikan ASI eksklusif pada anak.

Selain itu, jika saat ini proses ASI eksklusif belum optimal, bukan berarti harus menyerah dan berhenti memberikan ASI. Pemberian ASI dapat terus dilanjutkan, disertai MPASI pada anak usia 6 bulan hingga 2 tahun.

“Jadi jika dia tidak optimal tapi lebih baik daripada berhenti kan, dan tentunya ini juga bagi kelompok yang memang masih bisa punya pilihan ke sana ya,”

Butuh Dukungan

Adiatma pun menekankan pentingnya dukungan dari berbagai pihak untuk pemberian ASI secara optimal. Hal ini mengingat setiap tantangan yang dihadapi ibu menyusui berbeda-beda.

“Tentu butuh support yang lebih luas,” kata Adiatma.

Menurutnya, pemberian ASI menjadi tanggung jawab bersama dari berbagai pihak, terutama suami, serta anggota keluarga lain, perusahaan pemberi kerja, dan pemerintah.

“ASI itu bukan tanggung jawab ibu aja sebenarnya ya. ASI itu tanggung jawab berbagai pihak, yang paling dekat suami,” kata Adiatma. (arm)*